Persyarataan formal,
yaityarn guru ada yang cenderung statis dan ada yang dinamis. Persyaratan yang
cenderung statis berupa persyaratan formal, yaitu kualifikasi akademik dan
sertifikat guru. Persyaratan yang bersifat dinamis yaitu kompetensi substantif,
karena harus menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan
perkembangan masyarakat.
Dengan pedagogi
transformatif, konstruksi sosial kurikulum dipahami sebagai seperangkat
nilai-nilai dan keyakinan yang mencerminkan esensi anak didik sebagai makhluk
transformasional, bukan sekedar dipersepsi sebagai transaksi antara mereka
dengan guru. Konsejuensi perubahan dari sudut pandang ini adalah pengenalan
kembali bentuk-bentuk baru pedagogi dikaitkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dalam perspektif seperti itu, pengetahuan tidak dapat lagi
dianggap sebagai konten pedagogi yang netral. Pedagogi transformatif harus
memiliki agenda bagi proses penciptaan pengetahuan, fasilitasi, hubungan dengan
kekuasaan serta kurikulum berbasis produk ilmu pengethuan itu sendiri.
Pendidikan informal
vs Pendidikan formal
Belajar individual
vs Belajar kolektif
Pembelajaran vs
Perkembangan praktik sosial
Pedagogi transformatif
sangat dekat dengan pedagogi kritis (Giroux, 1997) dan pedagogi radikal (McWilliams,
1997), karena memang akar teoritisnya adalah teori kritis pendidikan (critical theory of education).
Meskipun tidak ada
definisi statis mengenai pedagogi kritis dan pedagogi transfirmatif, namun oleh
guru dan pendidik pada umumnya istilah itu telah digunakan sebagai strategi
baru untuk menghadapi perubahan konteks sosial dan historis. Pedagogi
trnasformatif, seperti halnya banyak pemikiran teoritik lain di bidang
pendidikan, melahirkan multiperspektif. Meski ada pewarnaan baru, namun esensi
pedagogi tetap tidak keluar dari kesejatiannya antara lain sebagai berikut:
a. Pedagogi kerja,
dimana siswa belajar dengan membuat produk yang berguna atau menyediakan
layanan yang bermanfaat.
b. Pembelajaran
kooperatif, dimana kegiatan belajar mengajar dan belajar dilaksanakan
berdasarkan kerjasama dalam proses yang produktif.
c. Pembelajaran
berbasis penyelidikan, dimana kegiatan ini dapat dilakukan dengan metode trial and error.
d. Metode kerja ilmu
pengetahuan alam atau sains
Sumber: Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar