Sabtu, 26 Oktober 2013

TESTIMONI PROSES UTS PSIKOLOGI BELAJAR

      Malam ini akan menjadi sebuah pengalaman yang tidak akan pernah bisa saya lupakan. Bagaimana mungkin saya bisa melupakan keadaan dimana saya harus mencoba tetap berkonsentrasi dengan kondisi lingkungan yang tidak kondusif (online diluar karena modem lagi bermasalah). Bersamaan dengan kondisi saya yang kurang fit membuat konsentrasi saya pun jadi ikut terganggu. Namun, terlepas dari keadan itu semua, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi Belajar yang  beberapa minggu dengan sabar membimbing kami untuk bisa menikmati setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Melalui berbagai bentuk metode yang telah dilakuakan secara perlahan memang belum terlihat mengubah kondisi kelas, tapi semua butuh waktu dan proses yang tidak mudah.
      Semester ini UTS Psikologi Belajar dilakukan dengan metode "via E-mail". Bu Dina akan mengirimkan 3 buah soal kepada semua peserta mata kuliah Psikologi Belajar. Untuk soal pertama, Ibu Dina mengirimkannya kepada seluruh peserta dan disertai dengan tata cara menjawab pertanyaan. Selanjutnya, untuk pertanyaan kedua (setelah menjawab soal pertama dan mendapatkan respon dari Bu Dina) dan ketiga akan (setelah menjawab soal kedua dan mendapatkan respon dari Bu Dina) diberikan secara individu. Jika dikaitkan dengan teori belajar belajar, maka proses yang terjadi saat UTS Psikologi Belajar semester ini merupakan sebuah proses yang kompleks (secara keseluruhan) dari tokoh Gestalt. Metode UTS semester ini dilakukan karena hasil diskusi bersama seminggu yang lalu, dan ada beberapa pilihan yang diberikan oleh Bu Dina untuk kami pilih dan didiskusikan secara bersama-sama. Keputusan yang terjadi bukan karena keputusan sepihak saja (dari Bu Dina atau dari kami para mahasiswa) melainkan sebagai hasil diskusi dengan mempertimbangkan berbagai kondisi (waktu dilakukannya UTS, bentuk pertanyaan yang akan diberikan). Secara keseluruhan, proses UTS yang kami lalui pun terjadi dengan begitu kompeks. Bu Dina mengirimkan soal dan akan meresponnya. Apapun bentuk respon yang diberikan akan menjadi masukan serta pedoman untuk menjawab pertanyaan selanjutnya sesuai jawaban yang sebelumnya kami berikan. Dengan kondisi yang semakin mendesak seperti malam ini, Bu Dina harus berusaha dan menyelesaikan semua pembagian soal dnegan baik. Semoga kami semua yang belum menyelesaikan tugas UTS ini bisa menerima konsekuensi dan belajar untuk menjadi lebih dewasa lagi dalam bertindak.
      Apapun hal yang telah saya lewati selama proses UTS ini, yang terpenting bagi saya adalah proses yang saya lalui ini membentuk dan menjadikan saya untuk lebih dewasa dalam memahami setiap keadaan baik agar tidak menghambat prosesnya sehingga berjalan dengan baik. Dengan harapan, apa yang saya kerjakan dalam menjawab semua pertanyaan UTS Psikologi Belajar sudah bisa dikatakan sebagai sebuah usaha yang maksimal dan semoga sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Bu Dina. 
      

Selasa, 22 Oktober 2013

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET

Untuk memahami gagasan tentang belajar yang memadai, kita pertama-tama harus menjelaskan bagaimana individu bisa mengonstuksi dan menciptkan, bukan hanya bagaimana dia mengulangi dan meniru.
(Piaget)

      Dalam karya Piaget, pengetahuan adalah proses mengetahui melalui interaksi dengan lingkungan, dan kecerdasan adalah sistem terorganisasi yang membentuk struktur yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Karena itu, kecerdasan merupakan suatu proses yang terus berjalan dan berubah , dan aktivitas pemelajar menciptakan proses mengetahui. 
      Fokus dari teori Jean Piaget yang bertujuan untuk menemukan karakteristik dari logika alamiah dan transformasinya yang terdiri dari proses penalaran yang dibangun oleh individu pada berbagai fase dalam perkembangan kognitif seperti logika bertindak, berbicara, berpikir dalam berbagai macam bentuk. Tujuan ini mengharuskan dilakukannya penelitian atas akar dari pemikiran logis pada bayi, jenis penalaran yang dilakukan anak kecil, dan proses penalaran remaja dan dewasa. Transformasi dari salah satu bentuk penalaran ke bentuk yang lain tergantung kepada empat faktor esensial. Faktor itu adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses yang disebut sebagai penyeimbangan (equilibration). 

Asumsi Dasar
      Asumsi dasarnya adalah hakikat konstruksivis dari kecerdasan dan faktor-faktor esensial dalam perkambangan kognitif.
  1. Sumber Filsafat : hakikat pengetahuan adalah mengetahui dan ia adalah sebuah proses yang diciptakan melalui aktivitas pemelajar. pengetahuan berasal dari pengalaman.
  2. Sumber biologi: hakikat kecerdasan manusia adalah bahwa kecerdasan manusia dan organisme berfungsi serupa dimana keduanya adalah sistem terorganisasi yang secara konstran berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungan.
  3. Sumber Psikologi : metode investigasi yang tepat adalah dengan menggunakan observasi dan eksperimentasi.
KOMPONEN PERKEMBANGAN KOGNITIF
      Teori ini adalah proses yang menjelaskan kemajuan dari satu taraf penalaran dan pemikiran ke taraf yang lebih tinggi. Dua topik utama dalam teori Piaget mengilustrasikan proses ini, yaitu :
1. Sifat Psikologis dan Pemikiran Logis.
Karakteristik esensial dari pemikiran logikal adalah konstruksi struktur psikologikal dengan karakteristik partikular. Secara spesifik, pemelajar:
  • secara jelas mengenali perubahan (transformasi) dan ketidakberubahan (konservasi) situasi
  • memahami operasi kebalikan untuk setiap transformasi (keterbalikan)
  • mengidentifikasi solusi masalah sebagai keniscayaan logikal.
2. Proses fundamental yang terlibat dalam interaksi dengan lingkungan.
Proses fundamental dalam perkembangan pemikiran logis adalah asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. 
  • Asimilasi adalah integrasi elemen eksternal ke dalam struktur intermal pemelajar. 
  • Akomodasi mencangkup penyesuaian dalam struktur internal pemelajar dan transformasi kualitatif dalam pemikiran. 
  • Ekuilibrasi adalah seperangkat proses yang kompleks dan dinamis yang secara kontinyu mengatur perilaku. Peran utama ekuilibrasi adalah mempertahankan fungsi intelektual selama perkembangan.

Peringkat Penalaran Kompleks
      Periode perkembangan kognitif yang diidentifikasi oleh Piaget adalah:
  • Tahap sensorimotor pra-operasional
  • Operasional konkret
  • Operasional formal
      Pada sensorimotor, bayi mengkonstruksi tindakan yang memungkinkannya untuk bereaksi pada lingkungan. Pada periode pra-operasional, anak membuat keputusan tentang kejadian berdasarkan petunjuk perseptual dan tidak membedakan antara realitas, kemungkinan, dan keniscayaan dalam situasi pemecahan masalah. Pada periode operasional konkret dan formal mempresentasikan penalaran logis, meskipun periode ini berbeda secara kualitatif.
      Pemikiran operasional konkret terbatas pada manipulasi langsung atas objek. Tetapi anak mengembangkan pemikiran logis yang berhubungan dengan jumlah, penggolongan, dan konservasi kuantitas secara kontinum. Dalam pemikiran operasional formal, individu dapat memecahkan situasi multifaktor karena dia dapat mengonseptualisasikan semua kombinasi faktor dalam situasi tertentu. Individu secara sistematis menguji hipotesis tentang situasi itu untuk mendapatkan penjelasan yang benar.

APLIKASI PENDIDIKAN
      Menurut Piaget peran pendidikan adalah mendukung riset spontan oleh anak. Persayaratan utama untuk kurikulum adalah kesempatan yang luas bagi anak untuk berinteraksi dengan dunia fisik melalui berbagai cara, memperbaiki kesalahan mereka, dan mengembangkan jawaban melalui intraksi dengan teman. Eksperimen dengan objek nyata dan interaksi dengan teman, yang didukung oleh pertanyaan dari guru, memungkinkan anak untuk mengonstruksi pengetahuan fisika dan logika matematika. 

sumberGredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Sabtu, 12 Oktober 2013

TEORI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI KULTURAL-HISTORI LEV S. VYGOTSKY

Semua fungsi psikologis yang lebih tinggi [proses kognitif] memiliki karakteristik psikologis umum yang membedakannya dari semua proses mental lainnya; Mereka itu merupakan proses penguasaan reaksi kita sendiri melalui berbagai cara. 
(Vygotsky)

      Masuknya Vygotsky ke bidang Psikologi pada tahun 1924 dapat dipandang sebagai suatu kecelakaan sejarah. Sebagai sarjana ilmu humaniora tanpa memiliki pendidikan psikologi formal, beliau menyajikan makalah psikologi di konferensi psikologi 1924 yang sebelumnya tidak mengizinkan partisipasi dari kalangan yang lebih umum (Joravsky, 1989). Tujuan utama Vygotsky adalah memformulasikan psikologi sebagai bagian dari ilmu sosial terpadu. Beliau memandang bahwa pemahaman akan kecerdasan manusia adalah masalah paling peting dan sentral bagi psikologi, dan masalah ini membutuhkan pengkajian seluruh kesadaran manusia.
      Pemahaman atas karya Vygotsky terhambat oleh tiga faktorr. Pertama, setelah kematiannya karyanya tidak tersedia di Rusia sampai pertengahan 1950-an. Kedua, ketika karya Vygotsky mulai diperhatikan di negaranya pada 1980-an, hanya sedikit konsepnya yang diambil dari konteksnya yang dimunculkan di literatur. Ketiga, popularitas sedikit konsep dari teori Vygotsky itu dibarengi dengan kurangnya perhatian pada prinsip-prinsipnya yang lebih luas.

PRINSIP PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS
      Tujuan Vygotsky adalah menciptakan psikologi yang secara teoritis dan metodologis sederajat dengan tugas meneliti karakteristik manusia yang unik. Ada tiga bidang yang membentuk landasan analisis Vygotsky terhadap perkembangan kapabilitas mental manusia. Bidang itu adalah :
  1. Hakikat kecerdasan manusia
  2. Dua deret baris perkembangan psikologis yang berbeda, biologis dan kultural historis.
  3. Desain metode eksperimental untuk investigasi proses psikologis yang dinamis.
      Deskripsi Vygotsky tentang sifat kecerdasan manusia mencakup empat tpik yang saling terkait. Mereka adalah (a) perbedaan antara hewan dan manusia, (b) landasan filosofis yang membentuk basis teorinya, (c) konsep perangkat psikologis dan (d) pengaruh sistem simbl (perangkat psikologis) terhadap perkembangan manusia. Lebih jauh, prinsip utama Gestalt, dimana pemahaman bergantung pada restrukturisasi situasi secara mental. Pertama, tindakan yang terstruktur tidak selalu merupakan tindakan intelektual. Kedua, penganut Gestalt mengklaim restrukturisasi mental atas suatu situasi sebagai prinsip belajar universal. Jika demikian, maka prinsip struktural "adalah dinamika yang tidak memadai untuk menciptakan fenomena baru yang muncul dalam jalannya perkembangan itu sendiri".
      Vygotsky mendeskripsikan proses perkembangan kogintif sebagai, (a) tidak terinterupsi, "diiringi dengan lompatan atau perkembangan kualitas baru" dan (b) "proses dialektika yang kompleks". Termasuk didalamnya adalah perkembangan tidak proporsional dari fungsi-fungsi intelektual yang terpisah, transformasi kualitatif dari beberapa bentuk pemikiran ke bentuk lain, dan interaksi kompleks dari faktor-faktor internal dan eksternal. Vygotsky mendeskripsikan proses perkembangan kognitif sebagai proses yang kompleks dan terus berubah, namun para peneliti tidak meneliti proses ini, sebaliknya mereka hanya mengimplementasikan satu model-situasi stimulus-respon. Meski para psikolog telah mempelajari konstelasi stimuli yang berbeda dan beragam reaksi, mereka belum mengambil langkah fundamental untuk melampaui model tersebut.
      Tujuan dalam eksperimen memori adalah untuk mengingat 15 kata atau sederet angka. Dalam eksperimen mengingat kata, gambar-gambar yang tidak berkaitan diberikan sebagai stimuli bantuan potensial (alat psikologis potensial).  Eksperimen mengenai pengunaan stimuli bantuan untuk menguasai memori dan perhatian seseorang menunjukkan empat tahap perkembangan, yang dideskripsikan di bagian selanjutnya. Lambang-lambang aalah stimuli artifisial yang diperkenalkan ke dalam tugas psikologis yang mengubah hakikat dari aktivitas mental. Eksperimen Vygotskian mengidentifikasi emat tahap dalam belajar untuk menggunakan lambang guna menguasai pikiran.

"...hubungan tidak terpisah dua aliran perkembangan dari bentuk perilaku tinggi. Ini adalah, pertama, prses penguasaan cara-cara perkembangan kultural dan pemikiran eksternal-bahasa, tulisan, menghitung, dan menggambar, dan kedua, proses perkembangan fungsi mental yang lebih tinggi" (Vygotsky, 1931/1966, h.16)

PRINSIP PEMBELAJARAN
      Vygotsky mendeskripsikan transformasi dari persepsi sederhana, atensi involuntari dan memori sederhana ke dalam persepsi kategoris, pemikiran knseptual, memori logis, dan atensi yang diatur sendiri. Baik itu kultur individual maupun hubungan pendidikan dengan perkembangan berperan penting dalam perkembangan kognitif. Menurut Vygotsky, kultur bukan hanya memberi latar untuk perkembangan kognitif individual. Kultur memberi simbol-simbol kultural (perangkat psikologis) dan anak belajar berpikir dengan bentuk penalaran. Vygotsky memandang perkembangan alamiah dan pendidikan sebagai "campuran terpadu". Alasan pernyataan ini adalah "pendidikan bukan hanya memengaruhi proses perkebangan tertentu tetapi juga merestrukturisasi semua fungsi perilaku dengan cara yang paling esensial".

"Pembelajaran tidak terbatas hanya pada mengikuti jalur perkembangan atau melangkah bersama perkembangan. Pembelajaran dapat melampaui perkembangan, mendorongnya lebih maju dan memunculkan formasi baru (Vygotsky, 1934/1987a, h. 198)"

     Komponen penting dari pembelajaran adalah, (a) menentukan tahap pembelajaran yang tepat (b) mengimplementasikan hukum genetik perkembangan kognitif dan (c) mengembangkan pemikiran verbal siswa. Vygotsky menyarankan agar psikolog sekolah mengimplementasikan empat strategi untuk menentukan proses mental yang tinggi yang "belum matang tetapi sedang menuju kematangan". Strategi itu adalah :
  • Menunjukkan contoh pemecahan soal dan mengamati apakah anak dapat meniru contoh itu
  • Memulai memecahkan soal dan menyuruh anak untuk menyelesaikan solusi
  • Meminta anak untuk bekerja sama dengan anak yang lebih maju dalam memecahkan soal
  • Menjelaskan proses penyelesaian soal kepada anak, mengajukan pertanyaan, menganalisis soal untuk anak dan sebagainya.
      Strategi ini dapat menentukan "dengan tepat kematangan mental yang harus direalisasikan anak dalam periode proksimal dan selanjutnya dari perkembangannya". Namun, Vygotsky memperingatkan bahwa "juga sia-sia jika menanamkan tipe memori ini. Ini akan menahan anak di tahap perkembangan yang rendah, ini juga merefleksi kegagalan guru untuk melihat bahwa tipe memori konkret hanya merupakan langkah transisi ke tipe yang lebih tinggi, bahwa memori konkret harus dilampaui dalam prses pengajaran.
      Dari persfektif Vygotsky, tujuan pembelajaran haruslah untuk mengembangkan makna kata. Namun, jika harapannya adalah agar anak menginternalisasikan pengetahuan yang ada, untuk tumbuh, berubah, dan berkembang tidak dibutuhkan proses berpikir. Subjek pengajaran yang menggunakan sistem simbol, seperti menulis dan matematika, tidak akan melahirkan perkembangan fungsi mental yang kompleks jika tujuannya adalah transmisi pengetahuan (Elsasser & John-Steiner). 

APLIKASI PENDIDIKAN
      Dua program untuk mengajari membaca bagi pembaca yang lemah merefleksikan konsep Vygotsky tentang kolaborasi siswa,guru, pemodelan guru dan imitasi, serta abstraksi makna dari simbol. Yang pertama adalah Reading Recovery, yang didesain oleh Marie Clay (1985) untuk anak kelas satu yang belum menguasai proses membaca di kelas reguler. Yang lainnya adalah pengajaran resiprokal, yang dikembangkan oleh Palinscar Brown untuk mengajar strategi pemahaman pada anak yang memiliki  masalah membaca. Anak belajar menilai secara subjektif yang artinya penting untuk memantau apakah mereka sudah memahami teks atau belum. 
      Prinsip Vygotsky setidaknya mengandung dua implikasi penting lainnya. Pertama, makna lambang dan simbol yang digunakan dalam kultur bukan kebetulan. Kedua, teori ini juga memandang masyarakat secara umum sebagai kultur yang berusaha memahami implikasi dari masyarakat berbasi media. Teori ini membuktikan latar sosiokultural dimana anak belajar dari orang dewasa sebagai asal muasal perkembangan kognitif dan belajar. Karena itu, karakteristik pemelajar, proses kognitif dan konteks untuk belajar semuanya dilihat dari persfektif tersebut.
      Perbedaan dan kesiapan individual adalah dua isu yang dibahas Vygotsky dalam teorinya, cara individu menggunakan kapasitasnya, yakni peran mereka dalam personalitas, merupakan faktor penting dalam menentukan perbedaan individual. Vygotsky juga percaya bahwa perasaan subjektif mengatur perilaku, tetapi mekanisme regulasi ini belum dikembangkan.
      Maka, "transfer" menurut pandangan Vygotsky adalah pergeseran kualitatif antara tindakan antar-individual dan internalisasi tindakan itu sebagai fungsi intelektual yang kompleks. Proses panjang ini terdiri dari tiga tahap utama, yaitu :
  1. Penggunaan sistem simbol sebagai komunikasi
  2. Penggunaan sistem simbol untuk memandu proses mental yang sedang berkembang
  3. Pengembagan petunjuk atau isyarat internak dan lambang untuk memonitor dan mengatur ingatan dan pemikiran seseorang.  
sumberGredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Minggu, 06 Oktober 2013

MODEL KOGNITIF DAN TEORI MOTIVASI AKADEMIK

Psikologi dan pendidikan motivasional...tertarik pada...bagimanana pikiran [anak] memengaruhi perilaku mereka-pilihan penting mereka di sekolah, keterlibatan mereka dalam tugas-tugas akademik, kemampuan mereka untuk gigih saat menghadapi kemunduran. 
(Drewk, 2002)

      Pendekatan berbeda untuk motivasi adalah pendapat bahwa pemahaman tentang penyebab kejadian dimasa lalu akan memengaruhi tindakan individu di masa depan. Pendekatan dimulai dengan karya Fritz Heider (1958) yang berfokus pada penyebab kejadian yang dikembangkan oleh "manusia dijalanan). Perkembangan selanjutnya, yang disebut lokus kontrol (Rotter, 1966) yang menyatakan bahwa penyebab perilaku berada di kontinum abntara dua lukus kontrol internal eksternal.

PRINSIP MOTIVASI 
      Pendekatan utama untuk analisis motivasi memiliki tiga asumsi. Pertama, motivasi individual adalah hasil dari interaksi antara faktor lingkungan dengan karakteristik tertentu dari anak. Kedua, pemelajar adalah pemroses informasi yang aktif dan pada tingkat tertinggi prnilaian diri atas kapabilitas seseorang dan interpretasi informasi dari lingkungan juga terlibat dalam motivasi yang berkaitan dengan prestasi. Ketiga, dan terkait dengan asumsi pertama adalah bahwa motif, kebutuhan, atau tujuan siswa adalah pengetahuan eksplisit yang berarti bahwa siswa dapat memikirkan keyakinan ini dan mengonsumsikannya kepada orang lain.
      Tiga pendekatan untuk studi motivasi dalam latar yang berkaitan dengan prestasi adalah :
  1. Model ekspektasi nilai
  2. Model orientasi tujuan
  3. Teori atribusi
      Model ekspetasi nilai adalah perluasan dari model Atkinson(1958) yang mendefinisikan ekspektasi dan nilai sebagai konstruk motivasional. Berbeda dengan model Atkinson, versi ini memandang ekspektasi dan nilai sebagai kognitif ketimbang motivasional. Premis dasar dari model ini adalah ekspektasi kesuksesan siswa dan nilai yang mereka berikan pada kesuskesan merupakan determinan penting dari motivasi untuk melakuakan perilaku yang terkait prestasi. Model ini mengidentifikasi lima perilaku yang terkait prestasi yang dipengaruhi oleh proses motivasional. Kelima perilaku tersebut adalah pilihan, kegigihan, tingkat usaha, keterlibatan kognitif, dan kinerja aktual.
      Berbeda dengan model ekspektasi nilai, model berorientasi pada tujuan membahas alasan siswa untuk melakukan tugas akademik. Model beroriensai tujuan mencari tahu apakah tujuannya adalah untuk mempelajari konsep baru, menunjukkan kompetensi seseorang kepada orang lain, ataukah tujuan lainnya. Secara formal, orientasi tujuan adalah "seperangkat nilai kelakuan yang menentukan bagaimana siswa akan mendekati dan melakukan aktivitas belajar". Deskripsi asli dari struktur tujuan siswa mengontraskan dua kategori umum yang merefleksikan tujuan yang berbeda untuk beraktivitas dalam tugas mencapai prestasi.
      Sebaliknya, teori atribusi membahas pemikiran, emosi, dan ekspektasi seseorang setelah muncul hasil yang terkait dengan pencapaian. Dalam situasi yang berkaitan dengan prestasi, teori ini didasarkan pada tiga asumsi, yaitu pencarian pemahaman adalah motivator utama dari tindakan, atribusi untuk hasil yang berkaitan dengan keberhasilan merupakan sumber informasi yang kompleks dan perilaku masa depan ditentukan sebagian oleh anggapan tentag penyebab dari hasil sebelumnya.

PRINSIP PEMBELAJARAN
     Asumsi yang sama dari model ekspektasi nilai, model orientasi tujuan, dan teori atribusi juga berlaku pada pembelajaran kelas. Asumsi itu adalah :
  • Motivasi akademik berkembang sebagian dari interaksi kompleks faktor di kelas dengan faktor di dalam diri siswa.
  • Siswa adalah prosesor aktif dan penafsir aktif atas latar kelas
  • Siswa dapat memikirkan dan melaporkan persepsi mereka pada orang lain
  • Motivasi adalah spesifik sesuai subjek, nilai dan tujuan siswa mungkin berbeda-beda untuk setiap subjek mata pelajaran.
      Latar kelas adalah tempat dimana ratusan interaksi terjadi antara siswa dan guru. Interaksi ini adalah sumber informasi baik bagi keyakinan guru maupun siswa tentang kemampuan siswa dan keyakinan motivasional siswa. Kelas yang berorientasi penguasaan menekankan upaya, peningkatan, dan tantangan. Guru mendukung ketekunan dan usaha siswa, melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar, mengekspresikan emosi positif dan semangat belajar, dan mengajak siswa bertanggung jawab dengan meminta mereka untuk menjelaskan pelajaran mereka (Turner & Patrick, 2004).
      Reaksi guru terhadap keberhasilan atau kegagalan siswa di kelas, untuk penilaian formal maupun informal, dapat memengaruhi atribusi siswa untuk hasil penilaian. Secara spesifik, guru mengevaluasi kinerja sebagai kesuksesan atau kegagalan, memberi atribusi untuk hasil dan menyampaikan hasil kepada siswa. Karakteristik kelas yang berorientasi belajar anatara lain adalah kelompok belajar yang fleksibel, variasi dalam penugasan sesuai tingkat keterampilan siswa, tidak menonjolkan perbandingan normatif, tugas kelompok yang lebih sering tolong-menolong sesama teman, dan komentar substantif atas kerja siswa (Stipek & Daniels, 1988).
      Penerapan orientasi tujuan belajar atau penugasan mencakup kelompok belajar yang fleksebel, variasi tugas berdasarkan tingkat keterampilan, mendorong asistensi teman, dan komentar substantif pada upaya siswa. Karakteristik dua kelas yang berorientasi penugasan mencakup partisipasi siswa dalam membuat aturan kelas, otonomi siswa pengakuan dan dukungan terhadap upaya siswa dan pandangan tentang belajar sebagai proses yang fokus pada pemahaman dan peningkatan.

APLIKASI PENDIDIKAN
      Kontribusi utama dari perspektif motivasional untuk pendidikan adalah analisis interaksi kelas Kesuksesan dianggap dapat dicapai oleh individu yang mengungguli orang lain dalam situasi persaingan. Teori atribusi setidaknya dapat menyatakan definisi sukses yang menekankan pada pencapaian melalui usaha dan latihan keterampilan yang dipelajari.
      Karakteristik yang menjadi perhatian utama bagi pendidikan adalah perbedaan individu, kesiapn belajar, dan motivasi. Perspektif motivasional tidak secara langsung membahas perbedaan individual atau kesiapan untuk belajar. Tiga isu kognitif yang memiliki arti penting bagi pendidikan adalah transfer belajar, pembelajaran memecahkan masalah dan mempelajari keterampilan bagaimana belajar. Perspektif motivasional mengidentifikasikan bahwa strategi penghindaran dan merintangi diri yang kemungkinan ditransfer ke tugas prestasi selanjutnya sebagai pendekatan pemecahan masalah yang maladaptif.
      Salah satu alternatif adalah beberapa variasi dari model belajar penguasaan Benjamin Bloom (1968). Beliau mendasarkan modelnya pada keyakinan bahwa kebanyakan siswa dapat menguasai pelajaran disekolah umum jika diberi waktu tambahan untuk belajar. Model Bloom juga memperkenalkan dua jenis penilaian, formatif dan sumatif. Fungsi penilaian formatif adalah memberi umpan balik pada guru dan siswa tentang kekeliruan dan kesalahan pemahaman siswa. Alternatif penilaian lain adalah penilaian portofolio, yang secara khusus tepat untuk perkembangan literasi yang merupakan kumpulan tugas siswa dan yang mengandung arti memberitahukan tentang upaya siswa, kemajuannya, atau prestasinya dibidang tertentu (Arter, 1992).

sumberGredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana  

Sabtu, 05 Oktober 2013

TEORI KOGNITIF-SOSIAL ALBERT BANDURA

Fungsi utama dari pikiran adalah memungkinkan orang untuk memprediksi kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol kejadian yang mempengaruhi hidup mereka 
(Bandura, 1995)

      Teori kognitif-sosial dimulai dengan kerja klinis Albert Bandura dengan pasien fobia fobia ular. Komponen utama dalam terai ini adalah observasi mantan pasien yang memegang ular. Karya awal mengidentifikasi peran model behavioral dalam belajar perilaku prososial dan antisosial dan peran dari model dalam modifikasi perilaku. Teori ini kemudian mengidentifikasi beberapa faktor sosial dan kognitif yang mempengaruhi belajar. Termasuk di dalamnya adalah kapabilitas menggunakan simbol dan melakukan tindakan yang diniatkan dan bertujuan. Termasuk juga pada pengaruh media terhadap nilai, sikap, dan gaya perilaku pemirsa (Bandura,1986).

PRINSIP BELAJAR
      Sejalan dengan perkembangan teori Bandura, teori ini kemudian mengidentifikasi beberapa faktor sosial dan kognitif dalam mempengaruhi belajar. Termasuk di dalamnya pengruh media terhadap nilai, sikap, gaya perilaku individu. Teori kognitif-sosial Bandura berusaha menjelaskan belajar  secara natural. Bukan berdasarkan praktik laboratorium tapi berdasarkan lingkungan sosial yang banyak memberikan kesempatan bagi individu untuk mendapatkan keterampilan dan kemampuan melalui observasi dari lingkungan. Oleh karena itu Bandura memasukkan tiga faktor yang pertama kali diusulkan oleh Kurt Lewin, seorang psikolog Jerman, dalam penjelasannya tentang belajar. 
      Faktor tersebut adalah :
  • Perilaku (B—behavior)
  • Lingkungan (E—environment)
  • Kejadian internal yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P—person).
      Tiga asumsi yang mendukung teori kognitif-sosial Bandura. Pertama, proses belajar membutuhkan pemrosesan kognitif dan keterampilan pengambilan keputusan oleh pembelajar. Kedua, belajar merupakan keterkaitan antara tiga relasi, yaitu lingkungan faktor personal dan perilaku. Ketiga, belajar membuahkan akuisisi kode verbal dan visual dari perilaku yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan di masa depan.

Komponen Belajar
      Model Behavioral
Perilaku yang diamati merupakan komponen esensial dalam belajar dengan latar naturalistik. Fungsi utama dari model behavior adalah mentransmisikan informasi kepada pengamat melalui:
  • Menjadi petunjuk bagi perilaku yang sama dengan orang lain.
  • Memperkuat atau melemahkan sikap menahan diri dari pemelajar terhadap pelaksanaan perilaku tertentu.
  • Menunjukkan pola perilaku baru.
Karakteristik model yang mempengaruhi reaksi pengamat terhadap model adalah:
  • Atribusi model
  • Tingkat ketidakpastian terhadap arah tindakan tertentu
  • Tingkat penguatan yang ada di dalam situasi
      Konsekuensi Perilaku
Ada tiga jenis konsekuensi yang mempengaruhi perilaku padaTeori kognitif-sosial, yaitu:
1. Penguat Pengganti / konsekuensi pengganti (Vicarious reinforcement). Diasosiasikan dengan perilaku yang diamati. Model menerima penguatan atau hukuman untuk perilaku tertentu, dan konsekuensi untuk model ini menimbulkan reaski emosional pada diri pengamat. 
Akibat Utama Konsekuensi Pengganti
Penguat Pengganti
Hukuman Pengganti
Menyampaikan informasi tentang perilaku mana yang tepat dalam latar tertentu
Menyampaikan informasi tentang perilaku mana yang tidak tepat dalam setting tertentu.
Bangkitnya respons emosional terhadap kesenangan dan kepuasan pada diri pengamat
Cenderung memunculkan pengaruh memabatasi peniruan perilaku model (efek penghalang)
Setelah penguatan yang berulang, efek emosional insentif akan muncul; perilaku mendapat nilai fungsional
Cenderung mengurangi nilai status model karena perilaku fungsional tidak ditransmisikan.

2. Penguatan diri dan langsung/ konsekuensi langsung.  Hasil langsung yang dimunculkan oleh perilaku imitatif selanjutnya dari si pengamat. Penguatan positif yang diidentifikasi dalam pengkondisisan berpenguat. Yakni perilaku perorangan menghasilkan perubahan dalam lingkungan sehingga perilaku itu kemungkinan dilakukan lagi dalam situasi yang sama.
3. Konsekuensi yang diatur sendiri oleh pengamat untuk perilaku imitatifnya. Karakteristik penting konsekuensi yang dikenakan sendiri adalah bahwa konsekuensi itu sering berlangsung bersama dengan konsekuensi eksternal. 

      Proses Internal Pemelajar
Proses belajar berperan penting dalam belajar. Kemampuan belajar untuk mengodekan dan menyimpan pengalaman ke dalam bentuk simbolik dan untuk merepresentasikan konsekuensi masa depan dalam pikiran merupakan hal yang penting untuk perolehan dan perubahan perilaku manusia. Empat komponen proses bertanggung jawab atas belajar dan kinerja, yaitu: atensi, retensi, produksi motorik, dan proses motivasi. 

      Peran ketangguhan Diri
      Keyakinan dan ketangguhan diri adalah keyakinan pemelajar tentang kapabilitasnya untuk sukses mengelola situasi yang mungkin mencakup elemen baru atau yang tidak dapat diprediksi. Keyakinan akan ketangguhan diri melibatkan penilaian diri dan bukan sebuah tindakan yang tetap. Keyakinan akan ketangguhan diri adalah keyakinan pada kemampuan diri seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan capaian tertentu (Bandura, 1997).
      Empat macam pengaruh yang memberikan kontribusi pada keyakinan ketangguhan adalah :
  1. Pengalaman penguasaan, 
  2. Pengalaman pengganti, 
  3. Persuasi sosial, 
  4. Keadaan emosional dan fisiologis. 
      Pengaruhnya mulai dari pengaruh kuat pada letangguhan untuk pengalaman penguasaan sampai pengaruh lemah pada keadaan emosional dan fisiologis. Keyakinan ketangguhan memengaruhi fungsi manusia secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada psoses kognitif, afektif, motivasi, dan seleksi. Orang dengan ketangguhan diri tinggi akan mngkontruksi skenario yang sukses, menentukan tujuan yang menantang, tetap gigih di tengah kesulitan, dan mngontrol pikiran yang menggangu. Orang dengan ketangguhan diri yang rendah akan menghindari situasi yang mereka anggap di luar kemampuan mereka untuk mengatasinya.

PRINSIP PEMBELAJARAN
      Teori pembelajaran belum diturunkan dari teori kognitif-sosial. Tapi, teori ini telah diimplementasikan secara sukses dalam akuisi keterampilan motorik maupun kognitif.  Dalam teori kognitif-sosial, komponen esensial dari belajar adalah model kelakuan, penguatan pada model, dan pemrosesan kognitif pemelajar terhadap pemodelan perilaku.
Oleh karena itu, komponen pembelajarannya adalah: 
  • mengidentifikasi model yang patut di kelas; 
  • menentukan nilai fungsional dari perilaku; dan 
  • memandu pemrosesan internal pemelajar, yang mencakup membantu pelajar memahami ketangguhan dirinya.
      Guru bertanggung jawab atas kelas dan berperan penting sebagai model tanggungjawab, integritas, ketulusan dan perhatian pada kebaikan seseorang maupun kolektif (Brophy & Putnam, 1979). Menciptakan nilai fungsional dari perilaku sosial juga penting dalam kelas, penguatan terhadap model teman sebaya untuk mengerjakan tugas dengan tenang, bersikap tertib saat hendak istirahat dan sebagainya dapat mempengaruhi adopsi perilaku teman sekelas. Namun, untuk kedua tipe keterampilan itu, pembelajar harus memberi kesempatan untuk mengkodekan perilaku yang diamati ke dalam citra visual atau simbolik kata dan secara mental mengulangi perilaku yang dicontohkan. 

APLIKASI PENDIDIKAN
      Teori kognitif-sosial memiliki dua implikasi utama untuk pendidikan.
  1. Pertama, adalah pemodelan yang merupakan sumber utama informasi bagi pemelajar. Teori ini mengidentifikasikan situasi di mana anak mendapatkan informasi dari model di media massa dan dari model keluarga dan yang lainnya.
  2. Kedua, pentingnya pemahaman ketangguhan dan keterampilan pengaturan diri pribadi untuk menjadi pemelajar yang berhasil.

sumberGredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana