Selasa, 10 Desember 2013

PERSPEKTIF KOGNITIF: II. METAKOGNISI DAN PEMECAHAN MASALAH

Rekonseptualisasi tentang pemikiran dan belajar yang mucul menunjukkan bahwa menjadi seorang pemikir yang baik dalam ranah apa saja boleh jadi merupakan persoalan bagaimana mendapatkan kebiasaaan dan disposisi interpretasi dan memahami serta bagaimana mendapatkan seperangkat ketermpilan.
(Resnick, 1988)

      Secara umum metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir tentang pemikiran. Beberapa perspektif menekankan pengetahuan individual tentang kognisi dan penggunaan strategi. Yang lainnya menekannkan baik itu pengetahuan maupun pengaturan kognisi. Komponen utama dari metakognisi adalah: (a) pengetahuan dan kesadaran tentang pemikiran diri sendiri, dan (b) pengetahuan tentang kapan dan di mana mesti menggunakan strategi yang diperoleh. Pengetahuan tentang pemikiran seseorang mencakup informasi tentang kapasitas dan keterbatasan dirinya sendiri dan kesadaran akan kesulitan selama belajar sehingga dapat dilakukan perbaikan. 
      Keterampilan metakognisi adalah proses yang mengontrol penggunaan strategi dalam tugas-tugas kognitif. Yang terasuk dalam metakognisi adalah (a) pengetahuan tentang kognisis yang mencakup pengetahuan mengenai tugas, strategi, rencana pembelajaran dan tujuan, (b) kapabiltas seseorang dalam mengelola kognisi. Termasuk di dalamnya adalah penentuan tujuan, mengaktifkan sumber daya yang relevan, memilih strategi yang tepat, mengevaluasi pemahaman diri, mengecek kemajuan diri, dan mengarah ulangkan upaya jika diperlukan. Meskipun bersifat sadar dan internal, proses metakognisis dapat dilakukan secara otomatis dan semakin luas basis pengetahuan seseorang pemelajar di bidang tertentu, semakin berkurang kebutuhannya akan strategi metakognitif.
      
Subproses dalam Pemecahan Masalah 

Subproses
Peran Keterampilan Metakognitif
1.       Merepresentasikan masalah (mengidentifikasi cirri paling relevan dan menciptakan peta mental atas komponen-komponennya).
1a. Membantu dalam mengakses informasi yang relevan dari memori jangka panjang yang dapat memberi kontribusi pada identifikasi komponen masalah utama).
  b. Membantu menciptakan “peta mental” dari ketentuan, relasi antar-unsur, tujuan, dan batasan (Davidson & Sternberg 1998).
  c. Membantu perekaman selektif,kombinasi selektif, dan perbandingan selektif ketika diperlukan (Davidson & Sternberg 1998).
2.       Perencanaan.
2a. Me-riview dan memilih rencana dan strategi, mungkin menggunakan eksplorasi yang terstruktur (Schoenfeld, 1992).
3.       Mengatasi halangan.
3a. Membantu dalam pencarian ingatan jangka panjang untukinformasi baru.
  b. Mulai melakukan 1c di atas.
4.       Meaksanakan rencana (dan mengatasi masalah).
4a. Memonitor kemajuan dan memodifikasi rencana ketika perlu.
  b. Kembali ke-3 jika perlu.

      Dua kategori masalah adalah masalah yang diidentifikasi dengan baik (informasinya eksplisit) dan yang diidentifikasi dengan buruk (informasinya impisit). Dari perpektif pemelajar, masalah bisa dideskripsikan sebagai sesuatu yang rutin (mengandung solusi yang segera dikenali) dan ssuatu yang nonrutin (melibatkan mengembangkan solusi baru). Akan tetapi dari dua hal tersebut adalah masalah yang membutuhkan restrukturisasi strategi sebelumnya agar sesuai dengan tujuan yang baru. Komponen formal dari suatu masalah adalah ketentuan, tujuan, dan kegiatan yang diperbolehkan atau prosedur yang mengubah informasi tertentu. Situasi juga mencakup hambatan yang merintangi kemajuan dalam memecahkan masalah. 
      Empat kondisi umum untuk pembelajaran metakognitif adalah (a) pembelajaran dengan kesadaran akan kegunaan, (b) kriteria kinerja dan penilaian yang membutuhkan aktivitas metakognitif; (c) memberi conth strategi dengan penguatan dan (d) latihan ekstensif dalam situasi yang berbeda dengan penguatan. Selama pembelajaran, diskusi singkat dapat mengeksplorasi tujuan strategi metakognitif dan mengeksplorasi hubungan antara kondisi tugas, strategi dan produk dari tugas-tugas yang berbeda. Monitoring diri dan evaluasi juga harus dimasukkan sebagai bagian dari pembelajaran keterampilan metakognitif. 

Sumber: Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

LAPORAN OBSERVASI DI SMK TRITECH MEDAN

Kelompok 1

TUGAS PSIKOLOGI BELAJAR
Laporan Observasi di SMK Tritech Medan

BAB I
PENDAHULUAN
           A.    Latar Belakang Sekolah
1.      Identitas Sekolah
            Nama Sekolah                                    : SMK Tritech Informatika Medan
Nomor Pokok Sekolah Nasional         : 10261412
Bidang Keahlian                                  : Teknik Informasi Dan Komunikasi
Program Keahlian                               : Teknik Komputer Dan Informatika
Kompetensi Keahlian                          : TKJ – Multimedia – RPL
Alamat                                                : Jln. Bhayangkara No. 522 CDE Medan
Website                                              : http://www.tritech.sch.id
Status Sekolah                                    : Swasta

2.      Visi dan Misi Sekolah
Visi :
    Menjadikan SMK berbasis teknologi Informatika yang Unggul, Mandiri, Religius dan Berstandar Internasional
Misi :
·  Siswa/i mampu menguasai komputer software dan hardware serta  jaringan IT
·  Melahirkan generasi yang handal dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan

B.     Data Observer
·     Observasi Kelas
Hari & Tanggal Observasi                  : Senin, 18 September 2013
Kelas yang di Observasi                     : X MEX-1(Multimedia Eksekutif 1)
Mata Pelajaran                                   : Alur Proses Multimedia
Waktu Observasi                                : 08.15 WIB s/d 09.15 WIB
Jumlah Siswa                                      : 26 Orang
Alat Observasi                                    : Pena, buku catatan dan kamera.
Nama Observer                                  : 1. Mona Sriukur                    (10-047)
                                                                         2. Yosephine Mendrofa        (10-080)
                                                                         3. Tota Fierda                      (10-092)
                                                             4. Anggita Windy                 (10-103)
                                                                         5. Putri Olwinda                   (10-121)
Pembagian Tugas                                : 1.Dokumentasi (Anggita danYosephine)
 2. Observasi (Mona, Tota, dan Putri)

C.    Kondisi Fisik Kelas
a.       Media Pembelajaran yang digunakan:
1. Guru (Laptop yang disambungkan ke LCD TV,spidol dan whiteboard)
2. Siswa (Laptop, alat tulis dan modem)

b.      Situasi Fisik Kelas:
1. Kursi guru               : 1 buah
2. Kursi siswa             : 26 buah
3. Meja guru                : 1 buah
4. Meja siswa              : 13 buah
5. AC                          : 1 buah
6. Kipas                       : 1 buah
7. LCD TV                  : 1 buah
8. White board             : 1 buah
9. Papan “tweet”         : 1 buah
10. Foto Pahlawan      : 1 buah
11. Sapu                      : 1 buah
12. Tong sampah         : 1 buah
13. Pengki                   : 1 buah

D.    Hasil Observasi
Ruang kelas X MEX-1 dibatasi dengan papan triplex pada setiap sisi. Di dalam ruangan kelas terdapat sebuah AC, pengharum ruangan (tidak menyala), kipas angin, CCTV, white board (dilapisi kaca), LCD TV yang dihubungkan dengan laptop guru, keranjang sampah, sebuah ember hitam, pengki, cairan pembersih lantai, foto pahlawan (Imam Bonjol), serta papan pengumuman bertuliskan “tweet” yang berisi jadwal mata pelajaran, jadwal piket siswa, denah posisi duduk siswa, dan tata tertib sekolah. Letak meja dan kursi para siswa disusun menghadap ke arah whiteboard, dengan meja berwarna putih dan kursi berwarna cokelat. Ruangan kelas X MEX-1 dicat dengan tiga warna, yaitu kuning, putih dan hijau.
Saat mata pelajaran Alur Proses Multimedia, semua siswa/i sedang melakukan diskusi kelompok (dibagi menjadi 5 kelompok). Masing-masing kelompok dibagi ke dalam tugas-tugas membuat logo, video, iklan, berita, dan animasi. Kelompok A membuat iklan dalam bentuk video, kelompok B membuat animasi, dan seterusnya. Alat utama yang digunakan adalah laptop yang dilengkapi dengan berbagai software untuk mendukung pembuatan tugas tersebut. Masing-masing siswa memiliki sebuah laptop, alat tulis dan menggunakan wi-fi, namun ada beberapa siswa menggunakan modem.


BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
            A.    Teori yang digunakan
a.      Otak Manusia
Salah satu struktur otak adalah thalamus. Thalamus merupakan koleksi nuclei yang memproses tipe informasi tertentu, seperti visual, audio, tactile. Informasi visual yang diterima oleh thalamus, seperti warna, akan menstimulus kinerja otak.
b.      Teori Skinner
Teori Skinner mengenai aturan dasar perubahan perilaku, mengidentifikasikan tiga komponen penting dari perubahan perilaku, yakni (a) kesempatan di mana perilaku terjadi, (b) perilaku itu sendiri, dan (c) konsekuensi dari perilaku itu.
c.       Teori Bandura
Tiga asumsi dasar yang mendukung teori sosial kognitif adalah (a) proses kognitif pembelajar dan pengambilan keputusan, (b) interaksi lingkungan, personal, dan perilaku, (c) hasil belajar.
d.      Teori Model Kognitif dan Teori Motivasi Akademik
Tiga asumsi dasar dalam analisa motivasi, yang pertama, motivasi individual adalah hasil dari interaksi antara faktor lingkungan dengan karakteristik tertentu. Kedua, pemelajar adalah pemroses informasi yang aktif dan ketiga, bahwa motif kebutuhan atau tujuan siswa adalah pengetahuan eksplisit.

           B.     Pembahasan
a. Situasi fisik kelas berdasarkan Teori Otak Manusia.
Salah satu fungsi otak adalah pemrosesan data indra (mata, telinga dan sebagainya). Ruangan kelas X MEX 1 SMA ini memiliki dinding kelas yang diberi tiga warna, hijau, putih dan kuning. Otak akan memproses warna-warna dalam ruangan yang mempengaruhi otak sendiri. Misalnya, hijau dikaitkan dengan alam.
Karena hubungannya dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan  santai. Warna hijau juga dapat membantu orang yang sering ,merasa tegang. Hijau akan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan antara seseorang dan orang lain. Warna hijau juga terkait dengan cakra jantung sehingga dipercaya membantu masalah emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang. Pemilihan warna putih biasanya memberikan aura kebebasan dan keterbukaan. Kuning adalah warna cerah yang dapat menarik banyak perhatian. Warna kuning berhubungan dengan intelektual dan proses mental. Warna cerah ini juga merangsang otak serta membuat lebih waspada dan tegas.

b. Proses Belajar di Kelas Berdasarkan Teori Pengkondisian Berpenguat Skinner
Ada siswa yang aktif bertanya kepada guru dan aktif berdiskusi dengan teman-temannya, namun ada juga siswa yang kurang aktif. Beberapa siswa perwakilan kelompok bertanya dan berdiskusi dengan guru ketika mengalami kesulitan dalam pengerjaan tugas. Meskipun banyak siswa yang bertanya kepada guru mengenai hambatan yang mereka hadapi, guru tetap mau (aktif) membantu siswanya.
Jika dikaitkan dengan teori Skinner yang mengatakan bahwa seseorang akan mengubah perilakunya karena ada kesempatan untuk menampilkan perilaku tersebut. Dari pernyataan di atas diketahui bahwa terdapat siswa yang aktif di kelas. Proses belajar yang dilakukan di kelas MEX-1 adalah dalam bentuk diskusi. Metode ini menjadi peluang bagi siswa yang ingin menyelesaikan tugasnya dengan baik. Siswa akan menganggap kondisi tersebut sebagai sebuah kesempatan untuk bertanya, sehingga muncullah perilaku siswa yang aktif di kelas. Konseskuensi yang didapatkan dari perilaku tersebut adalah siswa mendapat feedback dari guru juga mandapatkan masukan yang positif terhadap tugas.
Jika ditinjau dari topik perilaku yang diatur peraturan (rule-governed) dalam teori pengkondisian penguat Skinner, yang menjelaskan bahwa perilaku yang diatur peraturan (kurikulum) dapat diperoleh dari pernyataan formal dari perilaku yang diterima, seperti aturan tata bahasa dan ejaan, aturan hukum, etika, dan praktik religius suatu masyarakat. Hal ini bisa dikaitkan dengan kelas X MEX-1, dimana kelas ini merupakan kelas Multimedia dan saat dilakukan observasi sedang mempelajari alur proses multimedia, dimana perilaku mereka diatur oleh peraturan mata pelajaran tersebut yang mengharuskan mereka untuk membawa laptop, modem jika diperlukan, dan catataan untuk menulis penjelasan guru.
Tuntutan kelas adalah adanya komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa di dalam suatu kelompok. Tugas yang diberikan oleh guru adalah tugas dalam bentuk kelompok, dimana guru mengharapkan adanya interaksi yang baik dalam masing-masing kelompok untuk mengerjakan tugas tersebut. Perilaku yang diharapkan sesuai dengan aturan adalah anggota masing-masing kelompok aktif dalam mengerjakan tugas, tapi, yang tampak adalah terdapat sebagian dari anggota kelompok yang pasif yang memilih untuk diam di tempat duduk atau mengerjakan hal lain.
Teori Pengkondisian Berpenguat Skinner dalam topik belajar di latar ruang kelas mengatakan bahwa ketika seorang guru bertanggung jawab menangani anak 20-30 orang dalam satu kelas, akan muncul beberapa permasalahan. Misalnya, pemberian penguatan positif yang kurang dari guru terhadap siswa, tertundanya waktu yang lama antara perilaku dengan penguatan, kurangnya program yang mengarahkan anak ke serangkaian perilaku yang diharapkan. Kelas X MEX-1 memiliki jumlah siswa sebanyak 26 orang yang ditangani oleh satu guru. Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa diskusi kelompok yang dilakukan dalam kelas kurang terarah, seperti yang dijelaskan dalam teori skinner bahwa kurangnya program yang mengarahkan anak ke serangkaian perilaku yang diharapkan. Satu guru menangani 26 dalam bentuk kelas diskusi membuat beberapa perilaku yang terjadi di dalam kelas bukanlah perilaku yang diharapkan. Misalnya, adanya siswa yang kurang aktif dan ada siswa yang sangat aktif.
Selain itu penguatan yang diberikan oleh guru adalah adanya feedback positif terhadap siswa. Namun, pemasalahan tiap kelompok terhadap hambatan yang mereka temukan berbeda satu dengan yang lain dengan tingkat kesulitan yang berbeda pula. Sehingga, adanya waktu pemeberian feedback yang lama pada kelompok tertentu yang membuat sebagian kelompok lain kekurangan waktu untuk mendapat penguatan dari guru tersebut.

c. Proses Belajar di Kelas Berdasarkan Teori Kognitif Sosial-Bandura
Berbeda dengan Teori Bandura yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses yang natural. Lingkungan sosial memberikan banyak kesempatan bagi individu untuk mendapatkan keterampilan dan kemampuan yang kompleks melalui perilaku model dan konsekuensi perilaku. Hal ini menjelaskan proses belajar di kelas X MEX-1 ini merupakan proses belajar yang terjadi secara natural, dimana masing-masing siswa dapat mengekspresikan perilaku belajar mereka masing-masing sesuai dengan gaya belajar yang mereka miliki. Memandang positif bagi siswa yang aktif maupun tidak aktif yang menunjukkan perilaku belajar mereka masing-masing. Adanya siswa yang aktif membuat beberapa siswa lainnya menjadi aktif juga. Hal ini menunjukkan adanya perilaku modeling yang terjadi pada proses belajar di kelas ini.

d. Proses Belajar di Kelas Berdasarkan Teori Model Kognitif & Teori Motivasi Akademik
Apabila dikaitkan dengan teori motivasi akademik di mana terdapat tiga asumsi yaitu, pertama, motivasi seseorang berkembang melalui interaksi kompleks dari faktor lingkungan dengan faktor di dalam diri anak, kedua, pemelajar adalah pemroses informasi yang aktif, dan ketiga yaitu motif, kebutuhan, atau tujuan pemelajar merupakan pengetahuan eksplisit. Dari hasil observasi, siswa yang berada di kelas X MEX-1 dapat dilihat bahwa rata-rata siswa dapat aktif di dalam kelas untuk mengerjakan tugas yang diberikan dan bertanya dengan guru karena adanya kebutuhan untuk menyelesaikan tugas dengan sebaik mungkin dan aktif bertanya di dalam kelas karena adanya faktor situasi dimana teman-temannya juga aktif bertanya kepada guru jika ada yang belum dimengerti.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
            A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok, adapun kesimpulan laporan observasi adalah:
1.  Situasi fisik kelas X MEX-1 secara keseluruhan sudah memadai dalam hal fasilitas serta penggunaan beberapa warna untuk dinding sehingga tidak bersifat monoton.
2.   Proses belajar yang dilakukan di kelas pada mata pelajaran Alur Multimedia berupa diskusi kelompok.
3.   Guru memberikan kebebasan kepada para siswa untuk berekspresi dalam pengerjaan tugas kelompok, sehingga secara natural siswa berperilaku sesuai dengan situasi kelas. Ada sebagian siswa yang sangat aktif dan ada juga yang pasif di kelas. Siswa yang aktif membuat beberapa siswa lainnya menjadi ikut aktif dalam proses diskusi, dan siswa yang pasif memilih untuk duduk diam di tempatnya.
4.    Berdasarkan teori motivasi akademik dikaitkan dengan proses belajar siswa kelas X MEX-1 dalam bentuk diskusi, siswa-siswa yang aktif maupun pasif pasti memiliki motif atau tujuan dalam proses pembelajarannya, dan siswa yang aktif memiliki pengaruh terhadap siswa lainnya yang juga akan mengikuti perilaku mereka yang aktif untuk bertanya kepada guru serta bertanya kepada sesama teman.
            B.     Saran
Berikut saran-saran yang dapat diberikan oleh kelompok kepada sekolah SMK Tritech atau secara khusus untuk kelas X MEX-1 adalah:
1.   Sebaiknya proses diskusi yang dilakukan di dalam kelas bisa lebih terarah, dalam arti bahwa guru juga memperhatikan siswa yang kurang aktif dalam bertanya kepada guru.
2.   Kelompok menyarankan agar koneksi internet yang disediakan SMK Tritech Medan dapat digunakan oleh seluruh siswa secara gratis, karena berdasarkan wawancara yang dilakukan kelompom dengan beberapa siswa mengatakan bahwa yang dapat menggunakan jaringan internet sekolah hanya siswa yang menggunakan kartu Indosat.
3.  Suasana yang ribut dalam proses diskusi kelompok (ketika ada mata pelajaran yang dilakukan dalam bentuk diskusi) adalah hal yang wajar, namun sebaiknya guru tetap harus lebih memperhatikan proses diskusi masing-masing kelompok yang berlangsung di kelas agar siswa tetap mengerjakan apa yang seharusnya mereka kerjakan.

DAFTAR PUSTAKA
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.
Anonim. 2013. SMK Tritech Informatika. [online]. Tersedia : http://www.tritech.sch.id/. Diakses pada tanggal : 9 Desember 2013.


LAMPIRAN

Meja Guru



Ruang Kelas



Bersama Guru dan Siswa Kelas X MEX-1 SMK TRITECH








PERSPEKTIF KOGNITIF: I. PEMROSESAN INFORMASI

Otak bukan konsumen informasi yang pasif. Informasi yang tersimpan dan strategi pemrosesan informasi dari sistem kognitif kita berinteraksi dengan informasi indrawi yang diterima dari lingkungan, memerhatikan secara selektif atas informasi yang masuk, mengaitkannya dengan memori, dan secara aktif memberikan makna untuk informasi tersebut. 
(Wittrock, 1990)

      Asumsi dasar dari pemrosesan informasi adalah: (a) memori manusia aktif terlibat dalam konstruksi pengeahuan, dan (b) pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pemelajar berperan penting dalam belajar. Memori manusia adalah sistem kompleks yang aktif mencari data inderawi, mengubah data menjadi informasi bermakna, dan menyimpan informasi itu dalam memori jangka panjang. Tiga konseptualisasi hakikat memori adalah konsep keadaan (informasi bersifat aktif atau tidak aktif), konsep sistem memori (memori episodik, semantik, dan sistem prosedural), dan tingkat pemrosesan (analisis sensoris, pengenalan pola, dan asosiasi semantik). 
      Komponen utama dari belajar adalah (a) kerangka belajar, yang mencakup pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pemelajr dan organisasi informasi yang akan dipeajari; dan (b) proses yang diidentifikasi dalam model memori multitahap dan interaksinya. Proses itu adalah persepsi, pengkodean, dan pengkonstruksian makna, interaksi antara memori kerja dengan memori jangka panjang dan pengambilan kembali (retrieval). Belajar yang efektif dan efisien bergantung pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah bentuk pengetahuan dalam kerangka kognitif seseorang (pengetahuan tersembunyi, konseptual, dan metakognitif). Pengetahuan ini adalah komponen dari pengetahuan tidak sadar. Faktor eksternal yang penting adaah hakikat dan organisasi pengetahuan yang akan dipelajari. 
      Komponen utama dalam pembelajaran dari perspektif pemrosesan informasi adalah memperkaya pengetahuan yang telah dimiliki pemelajar, mengorganisasikan materi yang akan dipelajari, memfasilitasi perhatian pemelajar, mengkodekan dan mengonstruksi makna, dan mengajari strategi untuk memperkaya pemahaman. Yang esensial dalam perencanaan pembelajaran adalah fakta bahwa siswa hanya merespon pada pembelajaran yang dapat dipahami secara efektif. Karena itu, pembelajaran harus memfokuskan perhatian pemelajar pada tugas-tugas penting dan secara informal menilai persepsi pemelajar. Salah satu pendekatan adalah mengimplementasikan aktivitas pra-pengajaran yang mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dan/atau menghubungkan pengetahuan sebeumnya dengan konsep utama. Pendekatan ini adalah menggunakan advance organizers yang mencakup konsep inklusif yang berfungsi sebagai penghubung dan sebagai kerangka konseptual serta memfasilitasi pengkodean. 

sumber : Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana


Kamis, 28 November 2013

KONDISI BELAJAR ROBERT GAGNE

Keterampilan, apresiasi, dan penalaran manusia dengan semua variasinya, dan juga harapan, aspirasi, sikap dan nilai-nilai manusia, umumnya diakui bahwa perkembangannya sebagian besar bergntung pada peristiwa yang disebut dengan belajar.
(Gagne, 1985)

      Tiga prinsip dari pembelajaran yang efektif yang disebutkan oleh Gagne dalam analisis tugas latihan adalah: (a) memberikan pembelajaran mengenai seperangkat tugas-tugas komponen yang diarahkan untuk membangun tugas final; (b) memastikan bahwa setiap tugas komponen didiskusikan; (c) sekuensi tugas komponen untuk memastikan transfer yang optimalke tugas final. Konsep Gagne mengenai analisis tugas belajar ke dalam subkomponen dan mengidentifikasi keterampilan prasyarat yang dibutuhkan kemudian diadaptasikan untuk program pembelajaran denga tujuan berbeda.

PRINSIP BELAJAR
      Gagne berpendapat bahwa kunci untuk mengembangkan teori yang komprehensif adalah memulai dengan analisis berbagai macam kinerja dan keterampilan yang dilakukan oleh manusia. Manusia melakukan banyak kegiatan dan beragam yang terutama adalah hasil dari belajar.

Asumsi Dasar
      Asumsi dasar dari teori Gagne mendeskripsikan sifat unik dari kegiatan belajar manusia dan definisinya tentang belajar. Elemen penting dalam analisis Gagne adalah kaitan belajar dengan perkembangan, kompleksitas belajar pada manusia, dan masalah khusus dengan pandangan-pandangan sederhana. Dua karakteristik dari belajar menunjukkan arti pentingnya bagi perkembangan. Yang pertama adalah banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan untuk berbagai macam situasi. Kedua adalah keterampilan yang kompleks di dasarkan pada pembelajaran sebelumnya. Dalam artian yang luas mengenai pertumbuhan "perkembangan perilaku berasal dari efek belajar kumulatif", dengan kata lain belajar adalah faktor kausal dalam perkembangan individual.

NO
ASUMSI
ALASAN
1.
Belajar dan pertumbuhan tidak boleh disamakan satu sama lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terutama ditentukan secara genetic. Faktor yang mempengaruhi belajar terutama ditentukan oleh kejadian dalam lingkungan pemelajar.
2.
Belajar adalah faktor kausal penting dalam perkembangan individual.
Model yang diusulkan Arnold Gessel, bahwa pertumbuhan tubuh dan mental terkait erat, adalah tidak akurat.
3.
Banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan ke berbagai macam situasi.
Belajar bukan akuisisi kepingan-kepingan informasi secara terpisah-pisah. Penjumlahan, misalnya berlaku untuk situasi seperti penyeimbangan neraca, menghitung pajak dan menyusun anggaran.
4.
Belajar manusia adalah kumulatif; belajar keterampilan yang kompleks didasarkan pada belajar sebelumnya
Seseorang tidak harus mempelajari seperangkat respons baru secara legkap di banyak situasi. MIsalnya, keterampilan menjumlahkan angka memberi kontribusi untuk kemampuan membagi.
5.
Belajar bukan proses tunggal.
Model S-R dapat menjelaskan asosiasi sederhana, tetapi tidak dapat menjelaskan belajar keterampilan yang kompleks. Juga, belajar membaca atu mengucapkan bahasa asing bukan hasil dari wawasan (instight).

Definisi Belajar
Analisis Gagne menjelaskan dalam bentuk identifikasi persyaratan untuk definisi belajar yang komprehensif dan deskripsi belajar pada manusia. Proses belajar adalah proses kognitif yang memproses informasi di lingkungan menjadi berbagai macam kapabilitas. Ketika didefinisikan secara formal, belajar menghasilkan berbagai disposisi yang dipertahankan yang tercermin dalam berbagai macam perilaku yang berbeda. aMenurut perspektif Gagne, kapabilitas terdiri dari komponen mental (disposisi yang dipertahankan) dan komponen perilaku (kinerja). 

Kerangka Belajar
      Kerangka Gagne untuk belajar terdiri dari tiga komponen utama, yaitu (a)sistem untuk menjelaskan diversitas kapabilitas manusia, (b)proses pemerolehan kapabilitas dan (c)langkah-langkah dalam pembelajaran yang mendukung setiap langkah dalam belajar. Langkah pertama adalah mengembangkan pemahaman tentang diversitas manusia karena sifat dari keluaran belajar akan menentukan parameter pada proses belajar, kedua bahwa belajar dan pembelajaran bukan titik perhatian yangterpisah. Keduanya harus dikembangkan secara beriringan. 
      Setiap kategori yang dimaksud untuk mendeskripsikan keluaran dari proses belajar harus memenuhi kriteria, antara lain; (a)mempresentasikan kelompok formal dan unik dari kinerja manusia yang terjadi melalui belajar, (b)mengaplikasikan berbagai macam aktivitas manusia dan independen dari tingkat kecerdasan, usia, ras, status sosialekonomi, ruang kelas, level kelas dan (c)membutuhkan perlakuan pembelajaran yang berbeda, prasyarat yang berbeda dan persyaratan pemrosesan internal yang berbeda. 

Sembilan Tahapan Belajar
      Sembilan fase belajar dikategorikan menjadi tiga tahapan umum, yakni (a)persiapan belajar, (b)akuisisi dan kinerja yang merupakan "peristiwa inti" di dalam mempelajari kapabilitas baru dan (c) transfer belajar yang memberikan aplikasi untuk kapabilitas baru di dalam konteks yang baru.

NO
DESKRIPSI
TAHAPAN
FUNGSI
1.
Persiapan Belajar
1.       Memperhatikan

2.       Harapan

3.       Pengambilan kembali (informasi yang relevan dan/atau keterampilan) untuk dibawa ke ingatan kerja.
Member peringatan bagi pemelajar terhadap adanya stimulus.
Mengorientasikan pemelajar pada tujuan belajar
Memberikan ingatan tentang kapabilitas yang diperlukan.
2.
Akuisisi dan kinerja
4.       Persepsi selektif terhadap ciri stimulus

5.       Pengkodean semantic


6.       Pengambilan kembali dan respons

7.       Penguatan
Memungkinkan penyimpanan stimulus penting karena secara temporer di dalam ingatan kerja.
Transfer citi stimulus dan informasi terkait ke dalam ingatan jangka panjang.
Mengembalikan informasi yang tersimpan ke penggerak respons individual dan mengaktifkan respons
Menginformasi harapan pemelajar tentang tujuan belajar.
3.
Transfer Belajar
8.       Pengambilan petunjuk


9.       Kemampuan generalisasi
Memberikan petunjuk tambahan untuk pengingatan kapabilitas di waktu mendatang
Memperkaya transfer belajar ke situasi baru

sumber : Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana