Sabtu, 05 Oktober 2013

TEORI KOGNITIF-SOSIAL ALBERT BANDURA

Fungsi utama dari pikiran adalah memungkinkan orang untuk memprediksi kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol kejadian yang mempengaruhi hidup mereka 
(Bandura, 1995)

      Teori kognitif-sosial dimulai dengan kerja klinis Albert Bandura dengan pasien fobia fobia ular. Komponen utama dalam terai ini adalah observasi mantan pasien yang memegang ular. Karya awal mengidentifikasi peran model behavioral dalam belajar perilaku prososial dan antisosial dan peran dari model dalam modifikasi perilaku. Teori ini kemudian mengidentifikasi beberapa faktor sosial dan kognitif yang mempengaruhi belajar. Termasuk di dalamnya adalah kapabilitas menggunakan simbol dan melakukan tindakan yang diniatkan dan bertujuan. Termasuk juga pada pengaruh media terhadap nilai, sikap, dan gaya perilaku pemirsa (Bandura,1986).

PRINSIP BELAJAR
      Sejalan dengan perkembangan teori Bandura, teori ini kemudian mengidentifikasi beberapa faktor sosial dan kognitif dalam mempengaruhi belajar. Termasuk di dalamnya pengruh media terhadap nilai, sikap, gaya perilaku individu. Teori kognitif-sosial Bandura berusaha menjelaskan belajar  secara natural. Bukan berdasarkan praktik laboratorium tapi berdasarkan lingkungan sosial yang banyak memberikan kesempatan bagi individu untuk mendapatkan keterampilan dan kemampuan melalui observasi dari lingkungan. Oleh karena itu Bandura memasukkan tiga faktor yang pertama kali diusulkan oleh Kurt Lewin, seorang psikolog Jerman, dalam penjelasannya tentang belajar. 
      Faktor tersebut adalah :
  • Perilaku (B—behavior)
  • Lingkungan (E—environment)
  • Kejadian internal yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P—person).
      Tiga asumsi yang mendukung teori kognitif-sosial Bandura. Pertama, proses belajar membutuhkan pemrosesan kognitif dan keterampilan pengambilan keputusan oleh pembelajar. Kedua, belajar merupakan keterkaitan antara tiga relasi, yaitu lingkungan faktor personal dan perilaku. Ketiga, belajar membuahkan akuisisi kode verbal dan visual dari perilaku yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan di masa depan.

Komponen Belajar
      Model Behavioral
Perilaku yang diamati merupakan komponen esensial dalam belajar dengan latar naturalistik. Fungsi utama dari model behavior adalah mentransmisikan informasi kepada pengamat melalui:
  • Menjadi petunjuk bagi perilaku yang sama dengan orang lain.
  • Memperkuat atau melemahkan sikap menahan diri dari pemelajar terhadap pelaksanaan perilaku tertentu.
  • Menunjukkan pola perilaku baru.
Karakteristik model yang mempengaruhi reaksi pengamat terhadap model adalah:
  • Atribusi model
  • Tingkat ketidakpastian terhadap arah tindakan tertentu
  • Tingkat penguatan yang ada di dalam situasi
      Konsekuensi Perilaku
Ada tiga jenis konsekuensi yang mempengaruhi perilaku padaTeori kognitif-sosial, yaitu:
1. Penguat Pengganti / konsekuensi pengganti (Vicarious reinforcement). Diasosiasikan dengan perilaku yang diamati. Model menerima penguatan atau hukuman untuk perilaku tertentu, dan konsekuensi untuk model ini menimbulkan reaski emosional pada diri pengamat. 
Akibat Utama Konsekuensi Pengganti
Penguat Pengganti
Hukuman Pengganti
Menyampaikan informasi tentang perilaku mana yang tepat dalam latar tertentu
Menyampaikan informasi tentang perilaku mana yang tidak tepat dalam setting tertentu.
Bangkitnya respons emosional terhadap kesenangan dan kepuasan pada diri pengamat
Cenderung memunculkan pengaruh memabatasi peniruan perilaku model (efek penghalang)
Setelah penguatan yang berulang, efek emosional insentif akan muncul; perilaku mendapat nilai fungsional
Cenderung mengurangi nilai status model karena perilaku fungsional tidak ditransmisikan.

2. Penguatan diri dan langsung/ konsekuensi langsung.  Hasil langsung yang dimunculkan oleh perilaku imitatif selanjutnya dari si pengamat. Penguatan positif yang diidentifikasi dalam pengkondisisan berpenguat. Yakni perilaku perorangan menghasilkan perubahan dalam lingkungan sehingga perilaku itu kemungkinan dilakukan lagi dalam situasi yang sama.
3. Konsekuensi yang diatur sendiri oleh pengamat untuk perilaku imitatifnya. Karakteristik penting konsekuensi yang dikenakan sendiri adalah bahwa konsekuensi itu sering berlangsung bersama dengan konsekuensi eksternal. 

      Proses Internal Pemelajar
Proses belajar berperan penting dalam belajar. Kemampuan belajar untuk mengodekan dan menyimpan pengalaman ke dalam bentuk simbolik dan untuk merepresentasikan konsekuensi masa depan dalam pikiran merupakan hal yang penting untuk perolehan dan perubahan perilaku manusia. Empat komponen proses bertanggung jawab atas belajar dan kinerja, yaitu: atensi, retensi, produksi motorik, dan proses motivasi. 

      Peran ketangguhan Diri
      Keyakinan dan ketangguhan diri adalah keyakinan pemelajar tentang kapabilitasnya untuk sukses mengelola situasi yang mungkin mencakup elemen baru atau yang tidak dapat diprediksi. Keyakinan akan ketangguhan diri melibatkan penilaian diri dan bukan sebuah tindakan yang tetap. Keyakinan akan ketangguhan diri adalah keyakinan pada kemampuan diri seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan capaian tertentu (Bandura, 1997).
      Empat macam pengaruh yang memberikan kontribusi pada keyakinan ketangguhan adalah :
  1. Pengalaman penguasaan, 
  2. Pengalaman pengganti, 
  3. Persuasi sosial, 
  4. Keadaan emosional dan fisiologis. 
      Pengaruhnya mulai dari pengaruh kuat pada letangguhan untuk pengalaman penguasaan sampai pengaruh lemah pada keadaan emosional dan fisiologis. Keyakinan ketangguhan memengaruhi fungsi manusia secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada psoses kognitif, afektif, motivasi, dan seleksi. Orang dengan ketangguhan diri tinggi akan mngkontruksi skenario yang sukses, menentukan tujuan yang menantang, tetap gigih di tengah kesulitan, dan mngontrol pikiran yang menggangu. Orang dengan ketangguhan diri yang rendah akan menghindari situasi yang mereka anggap di luar kemampuan mereka untuk mengatasinya.

PRINSIP PEMBELAJARAN
      Teori pembelajaran belum diturunkan dari teori kognitif-sosial. Tapi, teori ini telah diimplementasikan secara sukses dalam akuisi keterampilan motorik maupun kognitif.  Dalam teori kognitif-sosial, komponen esensial dari belajar adalah model kelakuan, penguatan pada model, dan pemrosesan kognitif pemelajar terhadap pemodelan perilaku.
Oleh karena itu, komponen pembelajarannya adalah: 
  • mengidentifikasi model yang patut di kelas; 
  • menentukan nilai fungsional dari perilaku; dan 
  • memandu pemrosesan internal pemelajar, yang mencakup membantu pelajar memahami ketangguhan dirinya.
      Guru bertanggung jawab atas kelas dan berperan penting sebagai model tanggungjawab, integritas, ketulusan dan perhatian pada kebaikan seseorang maupun kolektif (Brophy & Putnam, 1979). Menciptakan nilai fungsional dari perilaku sosial juga penting dalam kelas, penguatan terhadap model teman sebaya untuk mengerjakan tugas dengan tenang, bersikap tertib saat hendak istirahat dan sebagainya dapat mempengaruhi adopsi perilaku teman sekelas. Namun, untuk kedua tipe keterampilan itu, pembelajar harus memberi kesempatan untuk mengkodekan perilaku yang diamati ke dalam citra visual atau simbolik kata dan secara mental mengulangi perilaku yang dicontohkan. 

APLIKASI PENDIDIKAN
      Teori kognitif-sosial memiliki dua implikasi utama untuk pendidikan.
  1. Pertama, adalah pemodelan yang merupakan sumber utama informasi bagi pemelajar. Teori ini mengidentifikasikan situasi di mana anak mendapatkan informasi dari model di media massa dan dari model keluarga dan yang lainnya.
  2. Kedua, pentingnya pemahaman ketangguhan dan keterampilan pengaturan diri pribadi untuk menjadi pemelajar yang berhasil.

sumberGredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar