Minggu, 06 Oktober 2013

MODEL KOGNITIF DAN TEORI MOTIVASI AKADEMIK

Psikologi dan pendidikan motivasional...tertarik pada...bagimanana pikiran [anak] memengaruhi perilaku mereka-pilihan penting mereka di sekolah, keterlibatan mereka dalam tugas-tugas akademik, kemampuan mereka untuk gigih saat menghadapi kemunduran. 
(Drewk, 2002)

      Pendekatan berbeda untuk motivasi adalah pendapat bahwa pemahaman tentang penyebab kejadian dimasa lalu akan memengaruhi tindakan individu di masa depan. Pendekatan dimulai dengan karya Fritz Heider (1958) yang berfokus pada penyebab kejadian yang dikembangkan oleh "manusia dijalanan). Perkembangan selanjutnya, yang disebut lokus kontrol (Rotter, 1966) yang menyatakan bahwa penyebab perilaku berada di kontinum abntara dua lukus kontrol internal eksternal.

PRINSIP MOTIVASI 
      Pendekatan utama untuk analisis motivasi memiliki tiga asumsi. Pertama, motivasi individual adalah hasil dari interaksi antara faktor lingkungan dengan karakteristik tertentu dari anak. Kedua, pemelajar adalah pemroses informasi yang aktif dan pada tingkat tertinggi prnilaian diri atas kapabilitas seseorang dan interpretasi informasi dari lingkungan juga terlibat dalam motivasi yang berkaitan dengan prestasi. Ketiga, dan terkait dengan asumsi pertama adalah bahwa motif, kebutuhan, atau tujuan siswa adalah pengetahuan eksplisit yang berarti bahwa siswa dapat memikirkan keyakinan ini dan mengonsumsikannya kepada orang lain.
      Tiga pendekatan untuk studi motivasi dalam latar yang berkaitan dengan prestasi adalah :
  1. Model ekspektasi nilai
  2. Model orientasi tujuan
  3. Teori atribusi
      Model ekspetasi nilai adalah perluasan dari model Atkinson(1958) yang mendefinisikan ekspektasi dan nilai sebagai konstruk motivasional. Berbeda dengan model Atkinson, versi ini memandang ekspektasi dan nilai sebagai kognitif ketimbang motivasional. Premis dasar dari model ini adalah ekspektasi kesuksesan siswa dan nilai yang mereka berikan pada kesuskesan merupakan determinan penting dari motivasi untuk melakuakan perilaku yang terkait prestasi. Model ini mengidentifikasi lima perilaku yang terkait prestasi yang dipengaruhi oleh proses motivasional. Kelima perilaku tersebut adalah pilihan, kegigihan, tingkat usaha, keterlibatan kognitif, dan kinerja aktual.
      Berbeda dengan model ekspektasi nilai, model berorientasi pada tujuan membahas alasan siswa untuk melakukan tugas akademik. Model beroriensai tujuan mencari tahu apakah tujuannya adalah untuk mempelajari konsep baru, menunjukkan kompetensi seseorang kepada orang lain, ataukah tujuan lainnya. Secara formal, orientasi tujuan adalah "seperangkat nilai kelakuan yang menentukan bagaimana siswa akan mendekati dan melakukan aktivitas belajar". Deskripsi asli dari struktur tujuan siswa mengontraskan dua kategori umum yang merefleksikan tujuan yang berbeda untuk beraktivitas dalam tugas mencapai prestasi.
      Sebaliknya, teori atribusi membahas pemikiran, emosi, dan ekspektasi seseorang setelah muncul hasil yang terkait dengan pencapaian. Dalam situasi yang berkaitan dengan prestasi, teori ini didasarkan pada tiga asumsi, yaitu pencarian pemahaman adalah motivator utama dari tindakan, atribusi untuk hasil yang berkaitan dengan keberhasilan merupakan sumber informasi yang kompleks dan perilaku masa depan ditentukan sebagian oleh anggapan tentag penyebab dari hasil sebelumnya.

PRINSIP PEMBELAJARAN
     Asumsi yang sama dari model ekspektasi nilai, model orientasi tujuan, dan teori atribusi juga berlaku pada pembelajaran kelas. Asumsi itu adalah :
  • Motivasi akademik berkembang sebagian dari interaksi kompleks faktor di kelas dengan faktor di dalam diri siswa.
  • Siswa adalah prosesor aktif dan penafsir aktif atas latar kelas
  • Siswa dapat memikirkan dan melaporkan persepsi mereka pada orang lain
  • Motivasi adalah spesifik sesuai subjek, nilai dan tujuan siswa mungkin berbeda-beda untuk setiap subjek mata pelajaran.
      Latar kelas adalah tempat dimana ratusan interaksi terjadi antara siswa dan guru. Interaksi ini adalah sumber informasi baik bagi keyakinan guru maupun siswa tentang kemampuan siswa dan keyakinan motivasional siswa. Kelas yang berorientasi penguasaan menekankan upaya, peningkatan, dan tantangan. Guru mendukung ketekunan dan usaha siswa, melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar, mengekspresikan emosi positif dan semangat belajar, dan mengajak siswa bertanggung jawab dengan meminta mereka untuk menjelaskan pelajaran mereka (Turner & Patrick, 2004).
      Reaksi guru terhadap keberhasilan atau kegagalan siswa di kelas, untuk penilaian formal maupun informal, dapat memengaruhi atribusi siswa untuk hasil penilaian. Secara spesifik, guru mengevaluasi kinerja sebagai kesuksesan atau kegagalan, memberi atribusi untuk hasil dan menyampaikan hasil kepada siswa. Karakteristik kelas yang berorientasi belajar anatara lain adalah kelompok belajar yang fleksibel, variasi dalam penugasan sesuai tingkat keterampilan siswa, tidak menonjolkan perbandingan normatif, tugas kelompok yang lebih sering tolong-menolong sesama teman, dan komentar substantif atas kerja siswa (Stipek & Daniels, 1988).
      Penerapan orientasi tujuan belajar atau penugasan mencakup kelompok belajar yang fleksebel, variasi tugas berdasarkan tingkat keterampilan, mendorong asistensi teman, dan komentar substantif pada upaya siswa. Karakteristik dua kelas yang berorientasi penugasan mencakup partisipasi siswa dalam membuat aturan kelas, otonomi siswa pengakuan dan dukungan terhadap upaya siswa dan pandangan tentang belajar sebagai proses yang fokus pada pemahaman dan peningkatan.

APLIKASI PENDIDIKAN
      Kontribusi utama dari perspektif motivasional untuk pendidikan adalah analisis interaksi kelas Kesuksesan dianggap dapat dicapai oleh individu yang mengungguli orang lain dalam situasi persaingan. Teori atribusi setidaknya dapat menyatakan definisi sukses yang menekankan pada pencapaian melalui usaha dan latihan keterampilan yang dipelajari.
      Karakteristik yang menjadi perhatian utama bagi pendidikan adalah perbedaan individu, kesiapn belajar, dan motivasi. Perspektif motivasional tidak secara langsung membahas perbedaan individual atau kesiapan untuk belajar. Tiga isu kognitif yang memiliki arti penting bagi pendidikan adalah transfer belajar, pembelajaran memecahkan masalah dan mempelajari keterampilan bagaimana belajar. Perspektif motivasional mengidentifikasikan bahwa strategi penghindaran dan merintangi diri yang kemungkinan ditransfer ke tugas prestasi selanjutnya sebagai pendekatan pemecahan masalah yang maladaptif.
      Salah satu alternatif adalah beberapa variasi dari model belajar penguasaan Benjamin Bloom (1968). Beliau mendasarkan modelnya pada keyakinan bahwa kebanyakan siswa dapat menguasai pelajaran disekolah umum jika diberi waktu tambahan untuk belajar. Model Bloom juga memperkenalkan dua jenis penilaian, formatif dan sumatif. Fungsi penilaian formatif adalah memberi umpan balik pada guru dan siswa tentang kekeliruan dan kesalahan pemahaman siswa. Alternatif penilaian lain adalah penilaian portofolio, yang secara khusus tepat untuk perkembangan literasi yang merupakan kumpulan tugas siswa dan yang mengandung arti memberitahukan tentang upaya siswa, kemajuannya, atau prestasinya dibidang tertentu (Arter, 1992).

sumberGredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar