Semua fungsi psikologis yang lebih tinggi [proses kognitif] memiliki karakteristik psikologis umum yang membedakannya dari semua proses mental lainnya; Mereka itu merupakan proses penguasaan reaksi kita sendiri melalui berbagai cara.
(Vygotsky)
Masuknya Vygotsky ke bidang Psikologi pada tahun 1924 dapat dipandang sebagai suatu kecelakaan sejarah. Sebagai sarjana ilmu humaniora tanpa memiliki pendidikan psikologi formal, beliau menyajikan makalah psikologi di konferensi psikologi 1924 yang sebelumnya tidak mengizinkan partisipasi dari kalangan yang lebih umum (Joravsky, 1989). Tujuan utama Vygotsky adalah memformulasikan psikologi sebagai bagian dari ilmu sosial terpadu. Beliau memandang bahwa pemahaman akan kecerdasan manusia adalah masalah paling peting dan sentral bagi psikologi, dan masalah ini membutuhkan pengkajian seluruh kesadaran manusia.
Pemahaman atas karya Vygotsky terhambat oleh tiga faktorr. Pertama, setelah kematiannya karyanya tidak tersedia di Rusia sampai pertengahan 1950-an. Kedua, ketika karya Vygotsky mulai diperhatikan di negaranya pada 1980-an, hanya sedikit konsepnya yang diambil dari konteksnya yang dimunculkan di literatur. Ketiga, popularitas sedikit konsep dari teori Vygotsky itu dibarengi dengan kurangnya perhatian pada prinsip-prinsipnya yang lebih luas.
PRINSIP PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS
Tujuan Vygotsky adalah menciptakan psikologi yang secara teoritis dan metodologis sederajat dengan tugas meneliti karakteristik manusia yang unik. Ada tiga bidang yang membentuk landasan analisis Vygotsky terhadap perkembangan kapabilitas mental manusia. Bidang itu adalah :
- Hakikat kecerdasan manusia
- Dua deret baris perkembangan psikologis yang berbeda, biologis dan kultural historis.
- Desain metode eksperimental untuk investigasi proses psikologis yang dinamis.
Deskripsi Vygotsky tentang sifat kecerdasan manusia mencakup empat tpik yang saling terkait. Mereka adalah (a) perbedaan antara hewan dan manusia, (b) landasan filosofis yang membentuk basis teorinya, (c) konsep perangkat psikologis dan (d) pengaruh sistem simbl (perangkat psikologis) terhadap perkembangan manusia. Lebih jauh, prinsip utama Gestalt, dimana pemahaman bergantung pada restrukturisasi situasi secara mental. Pertama, tindakan yang terstruktur tidak selalu merupakan tindakan intelektual. Kedua, penganut Gestalt mengklaim restrukturisasi mental atas suatu situasi sebagai prinsip belajar universal. Jika demikian, maka prinsip struktural "adalah dinamika yang tidak memadai untuk menciptakan fenomena baru yang muncul dalam jalannya perkembangan itu sendiri".
Vygotsky mendeskripsikan proses perkembangan kogintif sebagai, (a) tidak terinterupsi, "diiringi dengan lompatan atau perkembangan kualitas baru" dan (b) "proses dialektika yang kompleks". Termasuk didalamnya adalah perkembangan tidak proporsional dari fungsi-fungsi intelektual yang terpisah, transformasi kualitatif dari beberapa bentuk pemikiran ke bentuk lain, dan interaksi kompleks dari faktor-faktor internal dan eksternal. Vygotsky mendeskripsikan proses perkembangan kognitif sebagai proses yang kompleks dan terus berubah, namun para peneliti tidak meneliti proses ini, sebaliknya mereka hanya mengimplementasikan satu model-situasi stimulus-respon. Meski para psikolog telah mempelajari konstelasi stimuli yang berbeda dan beragam reaksi, mereka belum mengambil langkah fundamental untuk melampaui model tersebut.
Tujuan dalam eksperimen memori adalah untuk mengingat 15 kata atau sederet angka. Dalam eksperimen mengingat kata, gambar-gambar yang tidak berkaitan diberikan sebagai stimuli bantuan potensial (alat psikologis potensial). Eksperimen mengenai pengunaan stimuli bantuan untuk menguasai memori dan perhatian seseorang menunjukkan empat tahap perkembangan, yang dideskripsikan di bagian selanjutnya. Lambang-lambang aalah stimuli artifisial yang diperkenalkan ke dalam tugas psikologis yang mengubah hakikat dari aktivitas mental. Eksperimen Vygotskian mengidentifikasi emat tahap dalam belajar untuk menggunakan lambang guna menguasai pikiran.
"...hubungan tidak terpisah dua aliran perkembangan dari bentuk perilaku tinggi. Ini adalah, pertama, prses penguasaan cara-cara perkembangan kultural dan pemikiran eksternal-bahasa, tulisan, menghitung, dan menggambar, dan kedua, proses perkembangan fungsi mental yang lebih tinggi" (Vygotsky, 1931/1966, h.16)
PRINSIP PEMBELAJARAN
Vygotsky mendeskripsikan transformasi dari persepsi sederhana, atensi involuntari dan memori sederhana ke dalam persepsi kategoris, pemikiran knseptual, memori logis, dan atensi yang diatur sendiri. Baik itu kultur individual maupun hubungan pendidikan dengan perkembangan berperan penting dalam perkembangan kognitif. Menurut Vygotsky, kultur bukan hanya memberi latar untuk perkembangan kognitif individual. Kultur memberi simbol-simbol kultural (perangkat psikologis) dan anak belajar berpikir dengan bentuk penalaran. Vygotsky memandang perkembangan alamiah dan pendidikan sebagai "campuran terpadu". Alasan pernyataan ini adalah "pendidikan bukan hanya memengaruhi proses perkebangan tertentu tetapi juga merestrukturisasi semua fungsi perilaku dengan cara yang paling esensial".
"Pembelajaran tidak terbatas hanya pada mengikuti jalur perkembangan atau melangkah bersama perkembangan. Pembelajaran dapat melampaui perkembangan, mendorongnya lebih maju dan memunculkan formasi baru (Vygotsky, 1934/1987a, h. 198)"
Komponen penting dari pembelajaran adalah, (a) menentukan tahap pembelajaran yang tepat (b) mengimplementasikan hukum genetik perkembangan kognitif dan (c) mengembangkan pemikiran verbal siswa. Vygotsky menyarankan agar psikolog sekolah mengimplementasikan empat strategi untuk menentukan proses mental yang tinggi yang "belum matang tetapi sedang menuju kematangan". Strategi itu adalah :
- Menunjukkan contoh pemecahan soal dan mengamati apakah anak dapat meniru contoh itu
- Memulai memecahkan soal dan menyuruh anak untuk menyelesaikan solusi
- Meminta anak untuk bekerja sama dengan anak yang lebih maju dalam memecahkan soal
- Menjelaskan proses penyelesaian soal kepada anak, mengajukan pertanyaan, menganalisis soal untuk anak dan sebagainya.
Strategi ini dapat menentukan "dengan tepat kematangan mental yang harus direalisasikan anak dalam periode proksimal dan selanjutnya dari perkembangannya". Namun, Vygotsky memperingatkan bahwa "juga sia-sia jika menanamkan tipe memori ini. Ini akan menahan anak di tahap perkembangan yang rendah, ini juga merefleksi kegagalan guru untuk melihat bahwa tipe memori konkret hanya merupakan langkah transisi ke tipe yang lebih tinggi, bahwa memori konkret harus dilampaui dalam prses pengajaran.
Dari persfektif Vygotsky, tujuan pembelajaran haruslah untuk mengembangkan makna kata. Namun, jika harapannya adalah agar anak menginternalisasikan pengetahuan yang ada, untuk tumbuh, berubah, dan berkembang tidak dibutuhkan proses berpikir. Subjek pengajaran yang menggunakan sistem simbol, seperti menulis dan matematika, tidak akan melahirkan perkembangan fungsi mental yang kompleks jika tujuannya adalah transmisi pengetahuan (Elsasser & John-Steiner).
APLIKASI PENDIDIKAN
Dua program untuk mengajari membaca bagi pembaca yang lemah merefleksikan konsep Vygotsky tentang kolaborasi siswa,guru, pemodelan guru dan imitasi, serta abstraksi makna dari simbol. Yang pertama adalah Reading Recovery, yang didesain oleh Marie Clay (1985) untuk anak kelas satu yang belum menguasai proses membaca di kelas reguler. Yang lainnya adalah pengajaran resiprokal, yang dikembangkan oleh Palinscar Brown untuk mengajar strategi pemahaman pada anak yang memiliki masalah membaca. Anak belajar menilai secara subjektif yang artinya penting untuk memantau apakah mereka sudah memahami teks atau belum.
Prinsip Vygotsky setidaknya mengandung dua implikasi penting lainnya. Pertama, makna lambang dan simbol yang digunakan dalam kultur bukan kebetulan. Kedua, teori ini juga memandang masyarakat secara umum sebagai kultur yang berusaha memahami implikasi dari masyarakat berbasi media. Teori ini membuktikan latar sosiokultural dimana anak belajar dari orang dewasa sebagai asal muasal perkembangan kognitif dan belajar. Karena itu, karakteristik pemelajar, proses kognitif dan konteks untuk belajar semuanya dilihat dari persfektif tersebut.
Perbedaan dan kesiapan individual adalah dua isu yang dibahas Vygotsky dalam teorinya, cara individu menggunakan kapasitasnya, yakni peran mereka dalam personalitas, merupakan faktor penting dalam menentukan perbedaan individual. Vygotsky juga percaya bahwa perasaan subjektif mengatur perilaku, tetapi mekanisme regulasi ini belum dikembangkan.
Maka, "transfer" menurut pandangan Vygotsky adalah pergeseran kualitatif antara tindakan antar-individual dan internalisasi tindakan itu sebagai fungsi intelektual yang kompleks. Proses panjang ini terdiri dari tiga tahap utama, yaitu :
- Penggunaan sistem simbol sebagai komunikasi
- Penggunaan sistem simbol untuk memandu proses mental yang sedang berkembang
- Pengembagan petunjuk atau isyarat internak dan lambang untuk memonitor dan mengatur ingatan dan pemikiran seseorang.
sumber: Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana