TUGAS MATA KULIAH PEDAGOGI
LAPORAN WAWANCARA
GURU
O
L
E
H
Tota Fierda
Ria Angelina Simbolon
101301092
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Lagu ciptaan Bapak Sartono yang
berjudul “Hymne Guru” memiliki makna yang begitu dalam tentang bagaimana jasa seorang
guru dalam dunia pendidikan. Guru sebagai seorang individu yang mengabdikan
dirinya dalam dunia pendidikan menjadi sosok yang sangat banyak membantu para
peserta didik dalam proses belajar mengajar. Mengajar atau mendidik merupakan
sebuah seni dalam mentransformasikan bahan ajar kepada para peserta didik pada
situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Seni mengajar akan terlihat
ketika terjadi interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Tidak mudah untuk menjadi seorang guru yang berkompeten dalam menjalankan
setiap tugas dan tanggung jawabnya. Menjadi seorang guru merupakan pekerjaan
mulia dan jasanya tidak akan mudah dilupakan oleh para peserta didik yang
merasakan pendampingan dari seorang guru. Secara pribadi saya sendiri telah
merasakan begitu besar jasa seorang guru sejak saya berada di TK (Taman
Kanak-kanak), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Cara mengajar dan mendidik yang
dilakukan oleh seorang guru akan berbeda-beda tergantung tingkat pendidikan
para peserta didiknya.
Seorang guru TK (Taman
Kanak-kanak) merupakan pendidik yang memiliki jasa dan cukup berperan dalam
pendidikan anak pada tingkat usia dini. Seperti yang kita ketahui bahwa seorang
anak yang berada pada tingkat usia dini sangat membutuhkan pendampingan yang
cukup ketika sedang melakukan sebuah kegiatan. Kesabaran dan kesetiaan seorang
guru TK dalam memberikan perhatian sangat dibutuhkan saat mengajar dan
mendidik. Untuk melihat dan memahami bagaimana guru TK dalam menjalankan
tugasnya sebagai seorang pendidik, saya melakukan sebuah wawancara dengan
seorang guru TK. Narasumber dalam wawancara yang saya lakukan adalah seorang
guru yang sudah mengajar pada tingkat TK (Taman Kanak-kanak) sejak tahun 1984. Beliau
sudah mulai menjadi seorang guru TK pada usia 21 tahun di daerah Kabupaten
Langka namun masih berstatus sebagai seorang guru honor. Pada tahun 1995 beliau
memperoleh Surat Keterangan (SK) menjadi seorang guru TK dan pindah mengajar ke
sebuah TK di daerah kota Medan. Setelah 16 tahun mengajar, pada tahun 2011
beliau memperoleh Surat Keterangan (SK) sudah melakukan sertifikasi dan sampai
hari ini beliau masih mengajar di TK tersebut.
BAB II
HASIL WAWANCARA
Data Pribadi.
Inisial :
RE
Jenis kelamin :
Perempuan
Status :
Guru TK (di salah satu TK kota Medan)
Usia :
50 tahun
Tahun SK Sertifikasi :
Tahun 2011
Lama mengajar :
30 tahun (sejak tahun 1984 sampai sekarang)
Pengalaman mengajar :
1. Tahun 1984 – tahun 1995 mengajar TK di daerah Kab. Langkat
2. Tahun 1995 sampai dengan sekarang mengajar
TK di kota Medan
Wawancara dilakukan pada hari Sabtu,
22 Maret 2014 pada pukul 09.30 WIB – pukul 10.00 WIB di TK tempat narasumber
mengajar, tepatnya berada di ruang tamu. Posisi duduk saya dan narasumber
saling berhadapan selama proses wawancara berlangsung. Pertanyaan yang diajukan
mengenai bagaimana pandangan guru tentang pendidikan, motivasi yang mendasari,
bagaimana sudut pandang sebagai guru dalam melihat peserta didik, apa filosofi
dalam mengajar dan pendekatan dalam mengajar. Wawancara yang dilakukan diawali
dengan memperkenalkan diri saya sebagai pewawancara dan meminta kesediaan
narasumber untuk diwawancarai dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Kemudian
saya memberikan kesempatan kepada narasumber untuk memperkenalkan dirinya
terlebih dahulu sebelum masuk kepada pertanyaan-pertanyaan ini yang akan saya
tanyakan. Setelah 30 menit proses wawancara berlangsung, adapun hasil
wawancaranya adalah sebagai berikut:
Beliau
mengatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk tetap
dijadikan sebagai suatu kebutuhan bagi setiap individu. Seorang anak sebaiknya
harus sudah mengenal dunia pendidikan sejak dini dengan masuk ke TK (Taman
Kanak-kanak) sehingga ketika memasuki tingkat SD (Sekolah Dasar) tidak terkejut
dan bisa menyesuaikan diri. Namun, saat ini pendidikan sudah sangat jauh dari
hal yang diharapkan dan sudah kacau balau tidak seperti pada masa beliau mulai
mengajar sebagai seorang guru. Pendidikan sudah
mulai mengalami penurunan, beliau mengatakan bahwa sistem pendidikan mulai
keranah berbisnis. Sudah semakin banyak sekolah tertentu yang mulai
membedaka-bedakan peserta didiknya (membedakan yang kaya dengan yang miskin,
yang pintar dengan yang bodoh).
Sekolah yang sudah terkenal
(memiliki nama) tidak hanya menerima peserta didik sesuai dengan kemampuan
akademis yang dimiliki namun juga memiliki kecenderungan untuk menerima peserta
didik yang mampu membayar lebih dari ketentuan adinistrasi yang telah
ditentukan oleh pihak sekolah. Seperti sekarang ini, bahwa anak-anak SMA
(Sekolah Menengah Atas) dengan anak kuliahan untuk administrasinya, bahkan
memungkinkan lebih mahal pada anak SMA. Namun, walaupun begitu beliau
mengatakan bahwa sesuatu yang berhubungan dengan pedndidikan memang peru
perjuangan dan harus dibayar mahal. Beliau juga berpendapat bahwa sistem
pendidikan dalam hal kurikulum juga mulai tidak terarah, bahwa ada TK yang sudah
mengajarkan“calistung” (membaca, menulis, dan berhitung). Padahal seharusnya
anak-anak dengan usia dini tidak seharusnya terlalu banyak diajarkan untuk
membaca, menulis dan berhitung, apalagi jika sampai diberikan tugas
(PR=Pekerjaan Rumah).
Beliau mengatakan bahwa
mengajarkan “calistung” pada anak-anak TK boleh dilakukan, namun tidak sampai
seperti mengajar untuk anak-anak pada tingkat Sekolah Dasar. Anak-anak TK
seharusnya diajak untuk bermain sambil belajar, berbagi dan bermain bersama
teman-teman. Beliau melihat bahwa sudah banyak TK yang kurikulum dan cara
mengajarnya seperti anak SD (Sekolah Dasar). Bahkan beliau pernah mendengar ada
TK yang memberikan tugas kepada anak-anak, sehingga membuat anak didik tersebut
“mogok” untuk berangkat ke TK. Hal tersebut terjadi karena anak didik takut
jika tugasnya tidak selesai maka guru akan memarahinya. Beliau mengatakan bahwa
anak-anak pada usia dini setelah pulang dari TK keinginannya untuk bermain
sangat besar, bukan untuk mengerjakan tugas seperti anak SD.
Ketika ditanyakan
mengenai motivasi, beliau mengatakan bahwa sebenarnya motivasi beliau mulai
mengajar sebagai guru TK (Taman Kanak-kanak) pada awalnya tidak ada, karena sebenarnya beliau tidak ingin menjadi seorang
guru. Ada alasan tertentu yang tidak bisa dijelaskan mengapa beliau mengambil
keputusan untuk menjadi seorang guru. Kalimat yang menjadi awal jawaban adalah:
“aduh, Ibu sebenarnya tidak ingin menjadi guru”. Namun setelah cukup lama
berkecimpung dan berada dalam lingkungan pendidikan, beliau menjalani profesinya
sebagai seorang guru dengan penuh tanggungjawab. Beliau mengatakan bahwa
mengajar anak-anak di TK sangat menyenangkan dan akhirnya membuat beliau
memiliki motivasi internal bahwa anak-anak usia dini sangat membutuhkan pendidikan
melalui media pembelajaran di Taman Kanak-kanak untuk bermain sambil belajar
sehingga memerlukan sosok seorang guru seperti beliau untuk mendampingi.
Menurut Beliau para peserta didik merupakan sosok yang
menyenangkan untuk didampingi dan dibantu untuk menjadi anak yang baik serta
berguna bagi kehidupan masa yang akan datang. Sebagai peserta didik, anak-anak
TK adalah individu yang membutuhkan pendidikan melalui kasih sayang dan metode
yang tidak membuat mereka merasa bosan. Anak-anak yang menjadi peserta didiknya
saat ini menurut beliau adalah anak-anak yang sangat pintar, manis, lucu-lucu
dan sangat sopan. Beliau sangat senang
dan bangga bisa menjadi seorang guru bagi anak-anak usia dini di Taman
Kanak-kanak.
Filosofi yang dimiliki beliau dalam
mengajar adalah mengajar dengan tulus dan penuh kasih sayang serta kesabaran
dengan menggunakan kurikulum sebagai pedoman supaya tidak menghilangkan esensi
pendidikan. Beliau mengatakan bahwa ketika seorang guru yang mengajar hanya
berpedoman pada kurikuum tidak memperhatikan kebutuhan peserta didik sesuai
dnegan usianya akan membuat mereka merasa bosan. Sehingga dibutuhkan
pendampingan seolah-olah guru TK adalah sosok yang bisa sabar, ikhlas dan tulus
serta menyenangkan seperti orangtua dan bahkan seperti teman-teman sebaya.
Pendekatan yang digunakan oleh
beliau ketika mengajar anak-anak adalah dengan menggunakan alat bantu sebagai
media untuk mempermudah beliau menjelaskan serta memberikan pemahaman kepada
peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Beliau menjelaskan bahwa
dengan menggunakan alat bantu akan sangat membantu para peserta didik lebih
mudah memahami apa yang disampaikan dan anak-anak akan lebih senang untuk
belajar. Ketika sedang mengajar tentang warna, beliau menggunakan alat bantu
berupa LKS (Lembar Kerja Siswa) yag berisi gambar-gambar buah yang penuh dengan
warna. Bahkan, beliau juga mengajar dengan menggunakan balok-balok, bangun
ruang dan kertas-kertas origami. Sesekali ketika sedang belajar tentang topik
bercerita, baik itu cerita dongeng ataupun cerita nasehat beliau mencoba
menarik perhatian para peserta didik dnegan menggunakan gambar-gambar tokoh
yang ada di dalam cerita. Dengan begitu para peserta didik akan mengerti alur
ceritanya, karena anak-anak TK tidak boleh dipakasakan dan diharuskan untuk
bisa membaca kalimat yang panjang seperti cerita.
BAB III
PEMBAHASAN
Setelah melewati proses wawancara,
pada bagian pembahasan ini saya akan mecoba menganalisa dan menjelaskan hasil
wawancara dengan menggunakan teori Pedagogi.
a.
Bab 8 Pedagogi Tertindas dan Perbankan Pendidikan
“Beliau mengatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang
sangat penting sebagai suatu kebutuhan bagi setiap individu. Seorang anak
sebaiknya harus sudah mengenal dunia pendidikan sejak dini dengan masuk ke TK
(Taman Kanak-kanak) agar ketika memasuki tingkat SD (Sekolah Dasar) tidak
terkejut dan bisa menyesuaikan diri.”
Berdasarkan
hasil wawancara tersebut, dapat dijelaskan bahwa pendidikan yang demikian menjadi
sebuah tindakana laksana menyampaikan “setoran ke sebuah rekening bang”, dimana
siswa (peserta didik) adalah deposit dan guru (pengajar) adalah deposan. Dalam
konsep “perbankan pendidikan”, pengetahuan adalah hadiah yang diberikan oleh
seorang guru yang telah memiliki pengalaman dalam mengajar kepada para peserta
didik yang sebelumnya tidak memiliki pengetahuan. Anak usia dini yang masih
belum memahami tentang apa itu pengetahuan dalam hal ini bermain peran sebagai penerima, pegarsip dan menyimpan deposito,
ibaratnya hanya sebatas sebagai kolektor. Sehingga segala ilmu pengetahuan yang
diterima oleh anak-anak pada tingkat TK menjadi sebuah deposito yang akan
digunakan nantinya ketika memasuki dunia pendidikan pada tingkat yang lebih
tinggi yaitu Sekolah Dasar (SD).
b.
Bab 3 Profil Guru yang Diinginkan
“Beliau mengatakan bahwa mengajar anak TK sangat
menyenangkan dan membuat beliau memiliki motivasi untuk menjalani profesinya
sebagai seorang guru dengan penuh tanggungjawab, karena anak-anak usia dini
membutuhkan pendidikan dengan bermain sambil belajar serta membutuhkan sosok
seorang guru seperti beliau.”
Berdasarkan
kutipan wawancara tersebut, dapat dijelaskan bahwa beliau merupakan seorang
guru yang baik dan diinginkan oleh instansi dan para peserta didik. Rasa
tanggungjawab dan kesadaran yang dimiliki oleh beliau merupakan salah satu karakteristik
dari seorang guru yang baik. Beliau memahami apa yang dibutuhkan untuk menjadi
seorang guru TK yang efektif, dengan memiliki rasa bertanggungjawab terhadap
statusnya sebagai seorang guru dan semakin termotivasi untuk mengajar. Serta memiliki
pandangan positif pada pengajaran, pembelajar dan para peserta didiknya. Bahwa
mengajar di tingkat TK adalah hal yang menyenangkan, dan para peserta didiknya
merupakan sosok yang membutuhkan pendidikan dengan metode yang sesuai usia
mereka saat ini. Memiliki harapan atas statusnya sebagai seorang guru TK dengan
standar pribadi yang tinggi dan profesional serta memiliki semnagat untuk
berkembang sebagai seorang professional. Beliau meyakini dirinya adalah sosok
yang memiliki kemampuanyang baik dalam menjalankan tugasnya. Sebagai seorang
guru TK dapat memahami dan menyajikan materi pelajaran dengan baik, bahwa
ank-anak pada tingkat usia dini melalui bermain sambil belajar.
c.
Bab 4 Guru Frustasi dan Guru yang
Baik
“Menurut Beliau peserta didiknya merupakan sosok yang menyenangkan untuk
didampingi agar menjadi anak yang baik serta berguna bagi kehidupan masa yang
akan datang. Anak-anak TK adalah individu yang membutuhkan kasih sayang dan
metode yang tidak membuat mereka merasa bosan.”
Berdasarkan pernyataan yang
dikemukankan oleh beliau, menunjukkan bahwa beliau adalah guru yang memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Memiliki kesadaran akan
tujuan, bahwa sebagai seorang guru haruslah mendidik para peserta didik dengan
cara mentransformasi bahan ajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan
kebutuhannya serta pada situasi yang telah ditentukan. Kesadaran bahwa antara
pengajar dengan peserta didik harus memiliki dna membangun komunikasi yang baik
selama proses belajar mengajar berlangsung untuk encapai tujuan bersama.
Menjadi seorang guru yang baik dan bertanggungjawab serta menjadikan para
peserta didik memahami setiap materi pengajaran yang disampaikan.
2. Memiliki harapan akan
keberhasilan bagi semua para peserta didiknya yang nantinya pasti menjadi sosok
yang benar-benar berguna di kemudian hari. Dengan memiliki harapan yang positif
akan memacu proses belajar mengajar semakin efektif, efisien serta berjalan
sesuai dengan tujuan yang positif pula dan berjalan dengan baik tanpa mengalami
hambatan yang berat.
3. Mencerminkan komitmen pada
pekerjaan beliau sebagai seorang guru TK, mengajar para peserta didik dengan
penuh keyakinan diri (confidance),
kesabaran (patience), memiliki rasa
kasih sayang sejati kepada siswanya, serta memiliki kesediaan untuk membantu
para peserta didik mencapai prestasi.
d.
Bab 6 Pedagogi Transformatif
“Filosofi yang dimiliki beliau dalam mengajar adalah mengajar dengan
tulus dan penuh kasih sayang serta kesabaran dengan menggunakan kurikulum
sebagai pedoman supaya tidak menghilangkan esensi pendidikan.”
Konstruksi sosial kurikulum
dipahami sebagai seperngkat nilai-nilai dan keyakinan yang mencerminkan esensi
anak didik sebagai makhluk transformasional, bukan sekedar dipersepsikan
sebagai transaksi antara peserta didik dengan pengajarnya. Bahwa pengetahuan
tidak dapat lagi dianggap sebagai konten yang netral, namun harus memiliki
angenda bagi proses penciptaan pengetahuan, fasilitasi, hubungan kekuasaan
serta kurikulum berbasis produk ilmu pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan dan
hubungannya dengan kekuasaan berarti bahwa guru harus mampu dan bisa mengatasi
tantangan yang sulit, yaitu berupa “politik pendidikan pembebasan” tanpa harus
meninggalkan sebuah gagasan tentang esensi dari pendidikan pedagogi itu
sendiri. Jadi, dalam dunia pendidikan memang dibutuhkan dimensi kritis pedagogi
dalam memberikan landasan filosofi, pragmatis, dan intuitif bagi para guru ketika
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Dalam hal ini, beliau telah
menggunakan dimensi ketulusan dan penuh kasih sayang saat mengajar untuk
menciptakan suasana kelasa saat mengajar menjadi nyaman. Dengan begitu,
kurikulum yang dijalankan tidak terlalu sulit untuk dilakukan kepada para
peserta didik dan esensi pendidikan anak usia dini tetap sesuai dengan
kurikulumnya.
e.
Bab 5 Pedagogi Tradisional dan
Modern
“Pendekatan yang digunakan oleh beliau ketika mengajar anak-anak dengan
menggunakan alat bantu sebagai media untuk mempermudah beliau menjelaskan serta
memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang topik yang diajarkan.”
Pedagogi
bermakna tentang bagaimana menjadi guru dalam menggabungkan
alternatif strategi pembelajaran akan
mendukung
keterlibatan intelektual yang dimiliki
oleh para peserta didik. Guru berusaha untuk
memahami bahan ajar yang akan
disampaikan di ruang kelas serta menentukan bagaimana cara mengajarnya.
Pedagogi Modern mengacu pada sejauh mana seorang
mampu
mendampingi peserta didik
untuk membina bukan yang
selalu mengajari. Hal ini sesuai dengan karakteristik pedagogi yaitu pengajaran (teaching). Dalam
hal ini beliau telah menggunakan teknik dan metode serta alat bantu dalam
mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi dan memfasilitasi
tujuan pembelajaran agar berhasil.
BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Adapun beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai kesimpulan adalah
sebagai berikut:
1. Ibu RE merupakan
seorang guru yang telah memiliki cukup banyak pengalaman dalam mengajar yang
terbukti dari lamanya masa pengabdian beliau selama 30 tahun (sejak tahun 1984 sampai
sekarang). Selain itu juga, beliau telah mengikuti sertifikasi (Surat
Keterangan Sertifikasi tahun 2011) yang bisa menjadi bukti bahwa memlalui
sertifikasi yang diikuti seorang guru akan memiliki pengalaman yang lebih lagi
dalam mengasah kemampuan serta keahliannya dalam mendidik para peserta didik.
2. Berdasarkan 10 karakteristik guru yang baik, Ibu RE memiliki beberapa
karakteristik tersebut yaitu, bertanggung jawab, percaya diri, sabar, mengajar
dengan kasih sayang, berorientasi pada tujuan, dan memandang para peserta
didik, pembelajaran serta cara mengajar dengan sudut pandang yang positif. Sehingga
dengan sifat-sifat dan cara beliau daam mengajar dapat disimpulkan bahwa Ibu RE
merupakan seorang guru yang baik.
3. Ibu RE berpendapat bahwa dalam mengajar anak-anak pada tingkat usia dini
(Taman Kanak-kank) harus menggunakan metode yang sesuai, misalnya menggunakan alat-alat
bantu sesuai topik sehingga para peserta didik tidak merasa jenuh serta bosan
selama mengikuti proses belajar mengajar.
4. Pendidikan saat ini sudah mulai mengalami penurunan dalam sistem
kurikulumnya, Ibu RE berpendapat bahwa anak-anak TK sekarang ini sudah mulai
diajarkan cara membaca, menulis dan berhitung seperti anak pada tingkat Sekolah
Dasar, sehingga seperti memaksakan kemampuan anak-anak pada tingkat usia dini.
5. Ibu RE berpendapat bahwa sistem pendidikan tidak seharusnya melakukan
perbedaan-perbedaan dalam hal kemampuan setiap individu peserta didiknya atau
berdasarkan latar belakang status sosial yang dimilikinya. Karena dengan
membedakan hal seperti itu akan membuat peserta didik merasa tidak diperhatikan
dan akan menurunkan motivasinya untuk mengikuti proses belajar mengajar.
BAB V
SARAN
Setelah melewati proses wawancara dengan Ibu RE dan melakukan analisa
hasil wawancara, adapun beberapa saran yang diharapkan bisa menjadikan masukan
untuk kedepannya adalah sebagai berikut:
1. Bagi para guru yang mengajar di tingkat Taman Kanak-kanak sebaiknya
menggunakan metode yang sesuai dengan usia para peserta didik yang masih berada
pada usia dini dan menyesuaikannya dengan kurikulum yang diberlakukan oleh pihak
sekolah (dinas pendidikan)
2. Untuk pihak sekolah sebaiknya memperhatikan peserta didiknya secara adil
dan merata tanpa harus membeda-bedaknnya (secara akademis maupun secara status
sosial-ekonominya) agar tidak terjadi penurunan motivasi bagi para peserta
didik saat berada di lingkungan sekolah
3. Pendidikan yang saat ini sudah semakin banyak dipengaruhi oleh kemajuan
zaman sehingga kurikulum, metode yang digunakan maupun pendekatannya juga sudah
mengalami banyak kemajuan. Namun, tetap perlu memperhatikan bagaimana sebaiknya
dan sebenarnya untuk menjadi seorang guru yang benar-benar bertanggungjawab
sehingga bisa memiliki kesepuluh karakteristik untuk dimiliki oleh setiap seorang
guru yang baik bagi para peserta didiknya
DAFTAR
PUSTAKA
Danim,
S. & Khairil. 2013. Pedagogi,
Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar