Sabtu, 12 April 2014

TUGAS INDIVIDU


TUGAS MATA KULIAH PEDAGOGI

LAPORAN WAWANCARA GURU

O
L
E
H
Tota Fierda Ria Angelina Simbolon
101301092


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

Lagu ciptaan Bapak Sartono yang berjudul “Hymne Guru” memiliki makna yang begitu dalam tentang bagaimana jasa seorang guru dalam dunia pendidikan. Guru sebagai seorang individu yang mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan menjadi sosok yang sangat banyak membantu para peserta didik dalam proses belajar mengajar. Mengajar atau mendidik merupakan sebuah seni dalam mentransformasikan bahan ajar kepada para peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Seni mengajar akan terlihat ketika terjadi interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Tidak mudah untuk menjadi seorang guru yang berkompeten dalam menjalankan setiap tugas dan tanggung jawabnya. Menjadi seorang guru merupakan pekerjaan mulia dan jasanya tidak akan mudah dilupakan oleh para peserta didik yang merasakan pendampingan dari seorang guru. Secara pribadi saya sendiri telah merasakan begitu besar jasa seorang guru sejak saya berada di TK (Taman Kanak-kanak), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Cara mengajar dan mendidik yang dilakukan oleh seorang guru akan berbeda-beda tergantung tingkat pendidikan para peserta didiknya.
Seorang guru TK (Taman Kanak-kanak) merupakan pendidik yang memiliki jasa dan cukup berperan dalam pendidikan anak pada tingkat usia dini. Seperti yang kita ketahui bahwa seorang anak yang berada pada tingkat usia dini sangat membutuhkan pendampingan yang cukup ketika sedang melakukan sebuah kegiatan. Kesabaran dan kesetiaan seorang guru TK dalam memberikan perhatian sangat dibutuhkan saat mengajar dan mendidik. Untuk melihat dan memahami bagaimana guru TK dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik, saya melakukan sebuah wawancara dengan seorang guru TK. Narasumber dalam wawancara yang saya lakukan adalah seorang guru yang sudah mengajar pada tingkat TK (Taman Kanak-kanak) sejak tahun 1984. Beliau sudah mulai menjadi seorang guru TK pada usia 21 tahun di daerah Kabupaten Langka namun masih berstatus sebagai seorang guru honor. Pada tahun 1995 beliau memperoleh Surat Keterangan (SK) menjadi seorang guru TK dan pindah mengajar ke sebuah TK di daerah kota Medan. Setelah 16 tahun mengajar, pada tahun 2011 beliau memperoleh Surat Keterangan (SK) sudah melakukan sertifikasi dan sampai hari ini beliau masih mengajar di TK tersebut.

BAB II
HASIL WAWANCARA

Data Pribadi.
Inisial                          : RE
Jenis kelamin               : Perempuan
Status                          : Guru TK (di salah satu TK kota Medan)
Usia                             : 50 tahun
Tahun SK Sertifikasi   : Tahun 2011
Lama mengajar            : 30 tahun (sejak tahun 1984 sampai sekarang)
Pengalaman mengajar : 1. Tahun 1984 – tahun 1995 mengajar TK di daerah Kab. Langkat
                                      2. Tahun 1995 sampai dengan sekarang mengajar TK di kota Medan
            Wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 22 Maret 2014 pada pukul 09.30 WIB – pukul 10.00 WIB di TK tempat narasumber mengajar, tepatnya berada di ruang tamu. Posisi duduk saya dan narasumber saling berhadapan selama proses wawancara berlangsung. Pertanyaan yang diajukan mengenai bagaimana pandangan guru tentang pendidikan, motivasi yang mendasari, bagaimana sudut pandang sebagai guru dalam melihat peserta didik, apa filosofi dalam mengajar dan pendekatan dalam mengajar. Wawancara yang dilakukan diawali dengan memperkenalkan diri saya sebagai pewawancara dan meminta kesediaan narasumber untuk diwawancarai dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Kemudian saya memberikan kesempatan kepada narasumber untuk memperkenalkan dirinya terlebih dahulu sebelum masuk kepada pertanyaan-pertanyaan ini yang akan saya tanyakan. Setelah 30 menit proses wawancara berlangsung, adapun hasil wawancaranya adalah sebagai berikut:
            Beliau mengatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk tetap dijadikan sebagai suatu kebutuhan bagi setiap individu. Seorang anak sebaiknya harus sudah mengenal dunia pendidikan sejak dini dengan masuk ke TK (Taman Kanak-kanak) sehingga ketika memasuki tingkat SD (Sekolah Dasar) tidak terkejut dan bisa menyesuaikan diri. Namun, saat ini pendidikan sudah sangat jauh dari hal yang diharapkan dan sudah kacau balau tidak seperti pada masa beliau mulai mengajar sebagai seorang guru. Pendidikan sudah  mulai mengalami penurunan, beliau mengatakan bahwa sistem pendidikan mulai keranah berbisnis. Sudah semakin banyak sekolah tertentu yang mulai membedaka-bedakan peserta didiknya (membedakan yang kaya dengan yang miskin, yang pintar dengan yang bodoh).
Sekolah yang sudah terkenal (memiliki nama) tidak hanya menerima peserta didik sesuai dengan kemampuan akademis yang dimiliki namun juga memiliki kecenderungan untuk menerima peserta didik yang mampu membayar lebih dari ketentuan adinistrasi yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Seperti sekarang ini, bahwa anak-anak SMA (Sekolah Menengah Atas) dengan anak kuliahan untuk administrasinya, bahkan memungkinkan lebih mahal pada anak SMA. Namun, walaupun begitu beliau mengatakan bahwa sesuatu yang berhubungan dengan pedndidikan memang peru perjuangan dan harus dibayar mahal. Beliau juga berpendapat bahwa sistem pendidikan dalam hal kurikulum juga mulai tidak terarah, bahwa ada TK yang sudah mengajarkan“calistung” (membaca, menulis, dan berhitung). Padahal seharusnya anak-anak dengan usia dini tidak seharusnya terlalu banyak diajarkan untuk membaca, menulis dan berhitung, apalagi jika sampai diberikan tugas (PR=Pekerjaan Rumah).
Beliau mengatakan bahwa mengajarkan “calistung” pada anak-anak TK boleh dilakukan, namun tidak sampai seperti mengajar untuk anak-anak pada tingkat Sekolah Dasar. Anak-anak TK seharusnya diajak untuk bermain sambil belajar, berbagi dan bermain bersama teman-teman. Beliau melihat bahwa sudah banyak TK yang kurikulum dan cara mengajarnya seperti anak SD (Sekolah Dasar). Bahkan beliau pernah mendengar ada TK yang memberikan tugas kepada anak-anak, sehingga membuat anak didik tersebut “mogok” untuk berangkat ke TK. Hal tersebut terjadi karena anak didik takut jika tugasnya tidak selesai maka guru akan memarahinya. Beliau mengatakan bahwa anak-anak pada usia dini setelah pulang dari TK keinginannya untuk bermain sangat besar, bukan untuk mengerjakan tugas seperti anak SD.
Ketika ditanyakan mengenai motivasi, beliau mengatakan bahwa sebenarnya motivasi beliau mulai mengajar sebagai guru TK (Taman Kanak-kanak) pada awalnya tidak ada, karena  sebenarnya beliau tidak ingin menjadi seorang guru. Ada alasan tertentu yang tidak bisa dijelaskan mengapa beliau mengambil keputusan untuk menjadi seorang guru. Kalimat yang menjadi awal jawaban adalah: “aduh, Ibu sebenarnya tidak ingin menjadi guru”. Namun setelah cukup lama berkecimpung dan berada dalam lingkungan pendidikan, beliau menjalani profesinya sebagai seorang guru dengan penuh tanggungjawab. Beliau mengatakan bahwa mengajar anak-anak di TK sangat menyenangkan dan akhirnya membuat beliau memiliki motivasi internal bahwa anak-anak usia dini sangat membutuhkan pendidikan melalui media pembelajaran di Taman Kanak-kanak untuk bermain sambil belajar sehingga memerlukan sosok seorang guru seperti beliau untuk mendampingi.
Menurut Beliau para peserta didik merupakan sosok yang menyenangkan untuk didampingi dan dibantu untuk menjadi anak yang baik serta berguna bagi kehidupan masa yang akan datang. Sebagai peserta didik, anak-anak TK adalah individu yang membutuhkan pendidikan melalui kasih sayang dan metode yang tidak membuat mereka merasa bosan. Anak-anak yang menjadi peserta didiknya saat ini menurut beliau adalah anak-anak yang sangat pintar, manis, lucu-lucu dan  sangat sopan. Beliau sangat senang dan bangga bisa menjadi seorang guru bagi anak-anak usia dini di Taman Kanak-kanak.
            Filosofi yang dimiliki beliau dalam mengajar adalah mengajar dengan tulus dan penuh kasih sayang serta kesabaran dengan menggunakan kurikulum sebagai pedoman supaya tidak menghilangkan esensi pendidikan. Beliau mengatakan bahwa ketika seorang guru yang mengajar hanya berpedoman pada kurikuum tidak memperhatikan kebutuhan peserta didik sesuai dnegan usianya akan membuat mereka merasa bosan. Sehingga dibutuhkan pendampingan seolah-olah guru TK adalah sosok yang bisa sabar, ikhlas dan tulus serta menyenangkan seperti orangtua dan bahkan seperti teman-teman sebaya.
            Pendekatan yang digunakan oleh beliau ketika mengajar anak-anak adalah dengan menggunakan alat bantu sebagai media untuk mempermudah beliau menjelaskan serta memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Beliau menjelaskan bahwa dengan menggunakan alat bantu akan sangat membantu para peserta didik lebih mudah memahami apa yang disampaikan dan anak-anak akan lebih senang untuk belajar. Ketika sedang mengajar tentang warna, beliau menggunakan alat bantu berupa LKS (Lembar Kerja Siswa) yag berisi gambar-gambar buah yang penuh dengan warna. Bahkan, beliau juga mengajar dengan menggunakan balok-balok, bangun ruang dan kertas-kertas origami. Sesekali ketika sedang belajar tentang topik bercerita, baik itu cerita dongeng ataupun cerita nasehat beliau mencoba menarik perhatian para peserta didik dnegan menggunakan gambar-gambar tokoh yang ada di dalam cerita. Dengan begitu para peserta didik akan mengerti alur ceritanya, karena anak-anak TK tidak boleh dipakasakan dan diharuskan untuk bisa membaca kalimat yang panjang seperti cerita.

BAB III
PEMBAHASAN

Setelah melewati proses wawancara, pada bagian pembahasan ini saya akan mecoba menganalisa dan menjelaskan hasil wawancara dengan menggunakan teori Pedagogi.

a.       Bab 8 Pedagogi Tertindas dan Perbankan Pendidikan
“Beliau mengatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting sebagai suatu kebutuhan bagi setiap individu. Seorang anak sebaiknya harus sudah mengenal dunia pendidikan sejak dini dengan masuk ke TK (Taman Kanak-kanak) agar ketika memasuki tingkat SD (Sekolah Dasar) tidak terkejut dan bisa menyesuaikan diri.”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dijelaskan bahwa pendidikan yang demikian menjadi sebuah tindakana laksana menyampaikan “setoran ke sebuah rekening bang”, dimana siswa (peserta didik) adalah deposit dan guru (pengajar) adalah deposan. Dalam konsep “perbankan pendidikan”, pengetahuan adalah hadiah yang diberikan oleh seorang guru yang telah memiliki pengalaman dalam mengajar kepada para peserta didik yang sebelumnya tidak memiliki pengetahuan. Anak usia dini yang masih belum memahami tentang apa itu pengetahuan dalam hal ini bermain peran sebagai  penerima, pegarsip dan menyimpan deposito, ibaratnya hanya sebatas sebagai kolektor. Sehingga segala ilmu pengetahuan yang diterima oleh anak-anak pada tingkat TK menjadi sebuah deposito yang akan digunakan nantinya ketika memasuki dunia pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi yaitu Sekolah Dasar (SD).

b.      Bab 3 Profil Guru yang Diinginkan
“Beliau mengatakan bahwa mengajar anak TK sangat menyenangkan dan membuat beliau memiliki motivasi untuk menjalani profesinya sebagai seorang guru dengan penuh tanggungjawab, karena anak-anak usia dini membutuhkan pendidikan dengan bermain sambil belajar serta membutuhkan sosok seorang guru seperti beliau.”
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, dapat dijelaskan bahwa beliau merupakan seorang guru yang baik dan diinginkan oleh instansi dan para peserta didik. Rasa tanggungjawab dan kesadaran yang dimiliki oleh beliau merupakan salah satu karakteristik dari seorang guru yang baik. Beliau memahami apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru TK yang efektif, dengan memiliki rasa bertanggungjawab terhadap statusnya sebagai seorang guru dan semakin termotivasi untuk mengajar. Serta memiliki pandangan positif pada pengajaran, pembelajar dan para peserta didiknya. Bahwa mengajar di tingkat TK adalah hal yang menyenangkan, dan para peserta didiknya merupakan sosok yang membutuhkan pendidikan dengan metode yang sesuai usia mereka saat ini. Memiliki harapan atas statusnya sebagai seorang guru TK dengan standar pribadi yang tinggi dan profesional serta memiliki semnagat untuk berkembang sebagai seorang professional. Beliau meyakini dirinya adalah sosok yang memiliki kemampuanyang baik dalam menjalankan tugasnya. Sebagai seorang guru TK dapat memahami dan menyajikan materi pelajaran dengan baik, bahwa ank-anak pada tingkat usia dini melalui bermain sambil belajar.

c.        Bab 4 Guru Frustasi dan Guru yang Baik
   “Menurut Beliau peserta didiknya merupakan sosok yang menyenangkan untuk didampingi agar menjadi anak yang baik serta berguna bagi kehidupan masa yang akan datang. Anak-anak TK adalah individu yang membutuhkan kasih sayang dan metode yang tidak membuat mereka merasa bosan.”
   Berdasarkan pernyataan yang dikemukankan oleh beliau, menunjukkan bahwa beliau adalah guru yang memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1.   Memiliki kesadaran akan tujuan, bahwa sebagai seorang guru haruslah mendidik para peserta didik dengan cara mentransformasi bahan ajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhannya serta pada situasi yang telah ditentukan. Kesadaran bahwa antara pengajar dengan peserta didik harus memiliki dna membangun komunikasi yang baik selama proses belajar mengajar berlangsung untuk encapai tujuan bersama. Menjadi seorang guru yang baik dan bertanggungjawab serta menjadikan para peserta didik memahami setiap materi pengajaran yang disampaikan.
2.    Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua para peserta didiknya yang nantinya pasti menjadi sosok yang benar-benar berguna di kemudian hari. Dengan memiliki harapan yang positif akan memacu proses belajar mengajar semakin efektif, efisien serta berjalan sesuai dengan tujuan yang positif pula dan berjalan dengan baik tanpa mengalami hambatan yang berat.
3.     Mencerminkan komitmen pada pekerjaan beliau sebagai seorang guru TK, mengajar para peserta didik dengan penuh keyakinan diri (confidance), kesabaran (patience), memiliki rasa kasih sayang sejati kepada siswanya, serta memiliki kesediaan untuk membantu para peserta didik mencapai prestasi.
d.      Bab 6 Pedagogi Transformatif
     “Filosofi yang dimiliki beliau dalam mengajar adalah mengajar dengan tulus dan penuh kasih sayang serta kesabaran dengan menggunakan kurikulum sebagai pedoman supaya tidak menghilangkan esensi pendidikan.”
      Konstruksi sosial kurikulum dipahami sebagai seperngkat nilai-nilai dan keyakinan yang mencerminkan esensi anak didik sebagai makhluk transformasional, bukan sekedar dipersepsikan sebagai transaksi antara peserta didik dengan pengajarnya. Bahwa pengetahuan tidak dapat lagi dianggap sebagai konten yang netral, namun harus memiliki angenda bagi proses penciptaan pengetahuan, fasilitasi, hubungan kekuasaan serta kurikulum berbasis produk ilmu pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan dan hubungannya dengan kekuasaan berarti bahwa guru harus mampu dan bisa mengatasi tantangan yang sulit, yaitu berupa “politik pendidikan pembebasan” tanpa harus meninggalkan sebuah gagasan tentang esensi dari pendidikan pedagogi itu sendiri. Jadi, dalam dunia pendidikan memang dibutuhkan dimensi kritis pedagogi dalam memberikan landasan filosofi, pragmatis, dan intuitif bagi para guru ketika melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Dalam hal ini, beliau telah menggunakan dimensi ketulusan dan penuh kasih sayang saat mengajar untuk menciptakan suasana kelasa saat mengajar menjadi nyaman. Dengan begitu, kurikulum yang dijalankan tidak terlalu sulit untuk dilakukan kepada para peserta didik dan esensi pendidikan anak usia dini tetap sesuai dengan kurikulumnya.

e.        Bab 5 Pedagogi Tradisional dan Modern
“Pendekatan yang digunakan oleh beliau ketika mengajar anak-anak dengan menggunakan alat bantu sebagai media untuk mempermudah beliau menjelaskan serta memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang topik yang diajarkan.”
Pedagogi bermakna tentang bagaimana menjadi guru dalam menggabungkan alternatif strategi pembelajaran akan mendukung keterlibatan intelektual yang dimiliki oleh para peserta didik. Guru berusaha untuk memahami bahan ajar yang akan disampaikan di ruang kelas serta menentukan bagaimana cara mengajarnya. Pedagogi Modern mengacu pada sejauh mana seorang mampu mendampingi peserta didik untuk membina bukan yang selalu mengajari. Hal ini sesuai dengan karakteristik pedagogi yaitu pengajaran (teaching). Dalam hal ini beliau telah menggunakan teknik dan metode serta alat bantu dalam mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi dan memfasilitasi tujuan pembelajaran agar berhasil.
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai kesimpulan adalah sebagai berikut:
1.  Ibu RE merupakan seorang guru yang telah memiliki cukup banyak pengalaman dalam mengajar yang terbukti dari lamanya masa pengabdian beliau selama 30 tahun (sejak tahun 1984 sampai sekarang). Selain itu juga, beliau telah mengikuti sertifikasi (Surat Keterangan Sertifikasi tahun 2011) yang bisa menjadi bukti bahwa memlalui sertifikasi yang diikuti seorang guru akan memiliki pengalaman yang lebih lagi dalam mengasah kemampuan serta keahliannya dalam mendidik para peserta didik.
2.   Berdasarkan 10 karakteristik guru yang baik, Ibu RE memiliki beberapa karakteristik tersebut yaitu, bertanggung jawab, percaya diri, sabar, mengajar dengan kasih sayang, berorientasi pada tujuan, dan memandang para peserta didik, pembelajaran serta cara mengajar dengan sudut pandang yang positif. Sehingga dengan sifat-sifat dan cara beliau daam mengajar dapat disimpulkan bahwa Ibu RE merupakan seorang guru yang baik.
3.   Ibu RE berpendapat bahwa dalam mengajar anak-anak pada tingkat usia dini (Taman Kanak-kank) harus menggunakan metode yang sesuai, misalnya menggunakan alat-alat bantu sesuai topik sehingga para peserta didik tidak merasa jenuh serta bosan selama mengikuti proses belajar mengajar.
4.    Pendidikan saat ini sudah mulai mengalami penurunan dalam sistem kurikulumnya, Ibu RE berpendapat bahwa anak-anak TK sekarang ini sudah mulai diajarkan cara membaca, menulis dan berhitung seperti anak pada tingkat Sekolah Dasar, sehingga seperti memaksakan kemampuan anak-anak pada tingkat usia dini.
5.  Ibu RE berpendapat bahwa sistem pendidikan tidak seharusnya melakukan perbedaan-perbedaan dalam hal kemampuan setiap individu peserta didiknya atau berdasarkan latar belakang status sosial yang dimilikinya. Karena dengan membedakan hal seperti itu akan membuat peserta didik merasa tidak diperhatikan dan akan menurunkan motivasinya untuk mengikuti proses belajar mengajar.

BAB V
SARAN

Setelah melewati proses wawancara dengan Ibu RE dan melakukan analisa hasil wawancara, adapun beberapa saran yang diharapkan bisa menjadikan masukan untuk kedepannya adalah sebagai berikut:
1.  Bagi para guru yang mengajar di tingkat Taman Kanak-kanak sebaiknya menggunakan metode yang sesuai dengan usia para peserta didik yang masih berada pada usia dini dan menyesuaikannya dengan kurikulum yang diberlakukan oleh pihak sekolah (dinas pendidikan)
2.   Untuk pihak sekolah sebaiknya memperhatikan peserta didiknya secara adil dan merata tanpa harus membeda-bedaknnya (secara akademis maupun secara status sosial-ekonominya) agar tidak terjadi penurunan motivasi bagi para peserta didik saat berada di lingkungan sekolah
3.    Pendidikan yang saat ini sudah semakin banyak dipengaruhi oleh kemajuan zaman sehingga kurikulum, metode yang digunakan maupun pendekatannya juga sudah mengalami banyak kemajuan. Namun, tetap perlu memperhatikan bagaimana sebaiknya dan sebenarnya untuk menjadi seorang guru yang benar-benar bertanggungjawab sehingga bisa memiliki kesepuluh karakteristik untuk dimiliki oleh setiap seorang guru yang baik bagi para peserta didiknya


DAFTAR PUSTAKA

Danim, S.  & Khairil. 2013. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar