Kekuatan manusia untuk mengubah dirinya sendiri, yakni untuk belajar ,
mungkin merupakan aspek yang paling mengesankan dari diri manusia.
(Thorndike, 1931)
Hanya manusia yang
memiliki otak yang berkembang dengan baik yang k digunakan untuk melakukan
tindakan yang memiliki tujuan (Goldberg, 2001). Di antara kemampuan itu adalah mengidentifikasi
objek, merancang tujuan, menyusun tujuan, mengorganisasikan sumber daya, dan
memonitor konsekuensi.
Aktifitas kognitif
terkait dengan tiga aspek unik dari kecerdasan manusia. Pertama, manusia mampu memperlajari
penemuan, penciptaan, ide-ide dari pemikiran besar dan ilmuwan besar di masa
lampau. Kedua, individu mampu mengembangkan
pengetahuan tentang tempat dan kejadian yang belum mereka alami secara personal
melalui pengalaman orang lain. Ketiga, manusia menyesuaikan
lingkungan dengan diri mereka, bukan sekedar beradaptasi dengan lingkungan.
Pada bab 1 akan
dibahas mengenai topik-topik tentang arti pentingnya dari belajar, usaha prateoris
untuk menjelaskan apa itu belajar, kriteria dan fungsi teori belajar, hal-hal
yang mempengaruhi perkembangan teori belajar, dan filsafat yang disebut
konstruktivisme.
Studi belajar
bukanlah sekedar latihan akademik, ia adalah aspek penting baik bagi individu
maupun masyarakat. Bagi individu, studi tentang belajar dapat menjelaskan
tentang pemerolehan berbagai kemampuan dan keterampilan, tentang strategi untuk
menjalankan peran di dunia, serta tentang sikap dan nilai yang memandu tindakan
seseorang. Bagi masyarakat adalah untuk mempelajari tentang nilai, bahasa dan
perkembangan kultur , pengalaman yang diwarisakan. Mengingat pentingnya belajar
bagi individu dan masyarakat, maka masyarakat tidak bisa membiarkan proses
pendidikan begitu saja. Dibutuhkan system pengajaran tertentu untuk mengajarkan
warisan kultur kepada generasi juda dan mempersiapkan mereka untuk mengambil
alih peran produktif pendahulu mereka.
KRITERIA TEORI BELAJAR
Clark Hull (1935),
seorang teoritis behavioral mengidentifikasi tiga kriteria untuk setiap teori. Pertama,
adalah seperangkat asumsi yang eksplisit yang merupakan keyakinan dasar
teoritis tentang suatu fenomena yang akan dibahas. Tiga asumsi dasar dari
kondisi belajar menurut Robert Gagne (1972, 1977). Pertama, belajar adalah akuisisi
struktur kompleks kemampuan yang dipelajari yang didasarkan pada proses belajar
sebelumnya. Kedua, tidak satupun
karakteristik-karakteristik yang dapat diaplikasikan untuk semua belajar. Ketiga, konsep belajar manusia yang
memadai harus berlaku untuk berbagai konteks di mana belajar itu terjadi
Kedua, suatu teori harus mencakup
definisi yang eksplisit tentang istilah penting. Ketiga, langkah
selanjutnya bagi teoritis adalah menarik proposisi (prinsip) spesifik dari
asumsi yang dapat diuji melaui riset. Persyaratan yang keempat, yang hanya
berlaku untuk teori belajar adalah teori harus dapat menjelaskan dinamika
psikologis dasar dari kejadian yang mempengaruhi belajar.
FUNGSI TEORI BELAJAR
A. Fungsi Umum
Suppes (1974) mengidentifikasi empat funsi umum dari teori. Pertama adalah sebagai kerangka untuk melakuakn riset, kedua adalah memberikan kerangka penataan informasi
yang spesifik, ketiga untuk mengungkapkan kompleksitas dan kekaburan
suatu kejadian. Keempat, teori memungkinkan melahirkan wawasan baru
tentang situasi sehingga prinsip atau teori sebelumnya perlu diperbaiki dan kelima adalah berguna sebagai penjelasan atas suatu
kejadian.
B. Fungsi Khusus.
Teori belajar yang baik memenuhi beberapa fungsi, selains ebgaia
kerangka riset, teori juga harus memberikan pemahaman baru tentang situasi dan
berfungsi sebagai penjelasan kerja atas kejadian-kejadian. Fungsi-fungsi spesifik
utamanya adalah menyangkut instruksi, termasuk perencanaan dan evaluasi
instruksi serta memberikan informasi tentang problem di kelas.
KONSTRUKTIVISME EDUKASIONAL
Pendapat konstruktivis mengenai sifat pengetahuan banyak
mereduksi atau mengesampingkan peran realitas eksternal dalam produksi
pengetahuan. Pendapat konstruktivis social radikal mengatakan bahwa pengetahuan
sepenuhnya adalah produk dari proses social. Objek-objek adlaah artefak social dan
teori ilmiah hanya merefleksikan ,milieu social tempat di mana teori itu
muncul. Salah satu perspektif konstruktivis social radikal berpendapat bahwa tugas
menjelaskan dunia adalah proses linguistic, bukan proses kognitif. Belakangan ada tiga tioe
konstruktivisme edukasional. Konstruktivisme pribadi atau individual, antara lain adalah, memandang semua pengetahuan
sebagai konstruksi manusia, individu menciptakan
pegnetahuan dan mengonstruksi konsep dan sudut pandang hanya bisa
dinilai secara parsial berdasarkan korespondensinya dengan norma yang diterima secara umum.
sumber: Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar