Bayi mengocok mainan, anak lari dengan sepatu roda, dan ilmuwan mengoperasikan siklotron-semuanya diperkuat oleh hasil.
(Skinner, 1968b, hal 153)
Riset mengindikasikan bahwa outcome yang dihasilkan oleh suatu respon adalah peristiwa penting yang mnegubah perilaku (Skinner, 1953). Riset tentang sesuatu yang awalnya tampak sederhana tetapi dalam situasi yang melibatkan dua atau lebih orang, terkadang secara tidak sengaja memperkuat perilaku yang tidak diharapkan.
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Skinner percaya bahwa psikolog dapat menjadi sains hanya melalui studi perilaku, Skinner mempelajari jenis perilaku yang lain, perilaku yang tidak secara otomatis dipicu oleh stimulus tertentu. Dasar karya Skinner terdiri dari deskripsinya tentang sifat dari ilmu behavioral dan sifat dari proses belajar. Tujuan dari setiap ilmu pengetahuan adalah menemukan hukum-hukum relasi yang jelas di antar kejadian-kejadian di lingkungan. Akan tetapi, mengembangkan ilmu perilaku itu sulit karena perilaku itu kompleks dan bervariasi; perilaku adalah proses temporal, lentur dan terus berubah (Skinner, 1953). Tantangannya menemukan urutan dan keseragaman dalam aliran perilaku pada situasi yang berbeda. Dasar pendekatan Skinner untuk tantangan ini adalah kajian tentang masalah teori dan keadaan internal sebagai dasar untuk riset perilaku. dan pendekatannya untuk riset, analisis eksperimental atas perilaku.
Skinner percaya bahwa teori tidak boleh digunakan sebagai kerangka untuk riset, karena menurutnya masalah hukum relasi yang belum ditemukan menjadi dikaburkan dan rasa ingin tahu ilmuwan mungkin akan surut sehingga menghambat riset masa depan. Sumber masalah lainnya adalah dalam mengembangkan ilmu perilaku menjadi praktik yang mendeskripsikan perilaku sebagai "disebabkan" oleh keadaan mental atau perasaaan. Skinner juga mempelajari respon perilaku subyek individual ketimbang perilaku kelompok karena rata-rata kelompok tidak memberikan gambaran yang jelas. Beberapa pihak mengkritik analisis eksperimental atas perilaku karaena analisis itu mengabaikan kemampuan kognitif. Akan tetapi setiap ilmu "dimulai dengan fakta yang dapat diprediksi dan dikontrol dengan presisi sampai tingkat tertentu dan kemudian bergerak ke fakta yang lebih kompleks saat kekuatan analisis sudah memungkinkan" (Skinner, 1987, h. 9).
Ringkasan Asumsi Dasar dalam Pengkondisian
Asumsi
|
Dasar Rasional
|
|
1-4. Agar dapat
disebut sains, psikolog harus : (a) mempelajari kejadian yang dapat diamati
dan dapat diukur; (b) dilakukan didalam kondisi yang dikontrol dengan cermat
dan ; (c) menentukan kejadian lingkungan yang merupakan penyebab.
5.Relasi yang tepat
hanya dapat diungkapkan melalui riset atas subyek individual.
6.Karena tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi kejadian yang tampak yang memperkuat atau
melemahkan frekuensi respons (perubahan behavioral), maka organisme tertentu
(hewan atau manusia) bukan faktor utama.
|
Ada tiga klasifkasi penguatan umum. Pertama adalah penguatan primer dan sekunder (yang dikondisikan). Penguatan primer adalah penguatan yang dalam kondisi tepat, dapat meningkatkan frekuensi tanpa pelatihan. Penguatan sekunder adalah penguatan melalui asosiasi dengan kejadian yang telah berfungsi sebagai penguat. Kedua penguatan umum, adalah penguatan yang berfungsi dalam berbagai macam situasi. Ketiga penguatan positif atau negatif adalah cara konsekuensi penguatan berfungsi.
PRINSIP PEMBELAJARAN
Sistem pendidikan adalah sangat penting karena kesejahteraan setiap budaya tergantung pada pendidikan. Suatu budaya tidak akan lebih kuat daripada kapasitasnya untuk mentransmisikan keahliannya, keyakinannya, dan praktiknya kepada generasi selanjutnya, dan tanggung jawab ini ada di bidang pendidikan (Skinner, 1953).
Analisis perilaku oleh Skinner dan karyanya tentang pembelajaran terprogram telah memberikan beberapa alat untuk manajemen ruang kelas dan perancangan pembelajaran. Konsep-konsep yang diperkenalkan Skinner untuk dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas antara lain :
- Stimuli diskriminatif (keladian spesifik yang akan direspon oleh siswa).
- Kontingensi penguatan, termasuk mengatur agar siswa mengalami kesuksesan, mempertimbangkan karakteristik siswa dan membedakan antara perilaku yang diatur kontingensi dengan yang diatur peraturan.
- Dinamika ruang kelas, yang mencakup memperkuat aproksimasi suksesif, dan memperkuat perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang mengganggu.
Setiap stimulus yang secara konsisten hadir ketika respon menghasilkan penguatan adalah stimulus diskriminatif. Skinner menunjukkan proses stimulus diskriminatif menjadi petunjuk behavioral. Perubahan perilaku tentunya dapat dijelaskan tanpa merujuk pada stimulus yang mendahuluinya. Peran stimuli diskriminatif dalam pembelajaran adalah sebagai petunjuk untuk perilaku tertentu. Aspek penting dari pembelajaran yang sukses adalah mentransfer kontrol stimulus yang mendorong dan memberi petunjuk pada stimuli di dalam diri, dan inilah karakteristik yang sering tidak ada dalam pembelajaran komputer. Pemilihan stimuli diskriminatif yang tepat juga penting dalam mengembangkan perilaku yang tidak kompatibel dengan respons yang tidak tepat.
Dalam pembelajaran efektif yang terpenting adalah penggunaan penguat alamiah dengan tepat, kejadian dalam latar yang memberikan tanggapan non-aversif, dan penguatan terencana, seperti komentar verbal dan penolakan awal. Penguatan terencana dapat digunakan secara efektif jika digunakan pada tahap awal pengembangan perilaku yang kompleks, dipasangkan dnegan penguatan seperti persetujuan, perhatian dan perlahan-lahan dihilangkan setelah penguat alamiah berfungsi. Selain itu, yang juga menjadi hal penting adalah menghindari kesalahan waktu penguatan. Kontrol aversif juga harus dihindari karena dapat menimbulkan efek samping emosional, namun teguran halus dapat efektif untuk unit perilaku yang kecil.
APLIKASI DALAM PENDIDIKAN
Pendekatan Skinner untuk belajar adalah dalam pengertian faktor-faktor yang bertanggung jawab atas perubahan perilaku. Karenanya, isu-isu yang penting untuk pendidikan dibahas sebagai perilaku atau sebagai stimuli yang menimbulkan perubahan perilaku. Dalam kerangka Skinerian, karakteristik pemelajar adalah perilaku tertentu yang dibawa siswa ke situasi belajar, dan karakteristik itu mungkin mempengaruhi perolehan perilaku baru. Menurut Skinner, perbedaan individual dalam perilaku siswa berasal dari bakat genetik organisme dan sejarah penguatan tertentu.
Dalam kerangka pengkondisian berpenguat, "kesiapan" adalah perbendaharaan perilaku yang dibawa siswa ke dalam situasi belajar. Konsep kesiapan yang diinterpretasikan sebagai level usia atau kematangan tidak akan banyak membantu dalam menentukan ada atau tidaknya keterampilan yang penting. Perilaku yang mengilustrasikan minat, antusiasme, apresiasi atau dedikasi, dimasukkan dalam deskripsi motivasi. Siswa yang rajin, dan bersemangat, imdividu yang menikmati "membaca buku yang baik", dan ilmuwan yang bekerja berjam-jam di laboratorium, semuanya dikatakan memiliki motivasi atau termotivasi (Skinner, 1968b).
Transfer belajar, keterampilan "cara belajar", dan pemecahan persoalan adalah proses kognitif yang sering menjadi fokus dari pengajaran. Proses yang umumnya disebut sebagai "berpikir" sering diartikan sebagai berperilaku dengan cara tertentu dalam kaitannya dengan stimuli tertentu. Perilaku tertentu yang biasanya diidentifikasi dengan pemikiran harus dianalisis dan diajarkan. Perilaku itu adalah perilaku memanajemen diri intelektual yang oleh Skinner disebut perilaku sebelumnya (precurrent). Precurrent adalah "perilaku yang mempengaruhi perilaku", akan merespon perubahan lingkungan atau mengubah pemelajaran sehingga respon ysng efektif menjadi dimungkinkan.
Untuk memaksimalkan kemungkinan respon(solusi), individu harus mengubah situasi sehingga dapat merespon dengan tepat. Langkah-langkah yang dapat diambil antara lain :
- Me-riew masalah secara hati-hati dan mengklarifikasi kesulitan.
- Menata ulang atau mengelompokkan ulang komponen-komponen masalah.
- Mencari kemiripan antara masalah dengan masalah lain yang telah dipecahkan.