Oleh
karena pedagogi menyoal seni dan ilmu mengajar, di dalamnya selalu menggamati
hubungan guru dengan siswa. Sebuah analisis yang cermat dari hubungan
guru-siswa pada stiap tingkat di dalam atau di luar sekolah. Mengungkapkan
narasi karakter fundamental hubungan ini melibatkan subyek yang menceritakan
(guru) dan obyek yang mendengarkan (siswa). Substansi, nilai-nilai atau dimensi
apa yang terkait dengan realitas empiris cenderung digambarkan sebagai proses
yang menjadi mati dan membantu. Pendidikan adalah penyakit narasi yang membuat
siswa menderita.
Sesungguhnya
pendidikan harus dimulai dengan solusi dan kontradiksi guru-murid. Pendidikan
harus mendamaikan kutub kontradiksi sehingga mampu memanusiawikan keduanya,
yaitu guru dan siswa. Solusi ini tidak juga bisa diterima dalam konsep
perbankan pendidikan. Sebaliknya, perbankan pendidikan mempertahankan dan
bakhan merangsang kontradisksi mealui sikap berikut dan praktik yang menindas
sebagai cermin masyarakat secara keseluruhan:
·
Guru mengajar dan siswa diajar
·
Guru tahu segalanya dan siswa tahu apa-apa
·
Guru berpikir, siswa menyadap pikiran guru
·
Guru berbicara, dan siswa patuh mendengarkan
·
Disiplin ditetapkan guru dan siswa mematuhi
disiplin yang ditetapkan
·
Guru memilih dan melaksanakan pilihannya dan
siswa mematuhinya
·
Guru bertindak dan siswa memiliki ilusi untuk
bertindak melalui tindkan guru
· Guru memilih isi program dan siswa secara tanpa
dialog beradaptasi dengan isi program itu
· Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan
dengan wewenang profesionalnya sendiri yang dikemasnya secara bertentangan
dengan kebebasan siswa
·
Guru adalah subjek proses belajar, sedangkan
siswa adalah obyek belaka
Tidak mengherankan bahwa
konsep perbankan pendidikan menganggap siswa sebagai beradaptasi, nakhluk
dikelola. Pekerjaan siswa tidak lebih dari menyimpang deposito yang
dipercayakan kepada mereka. Siswa kurang mengembangkan kesadaran kritis akan
hasil dari intervensi mereka di dunia sebagai transformator dari dunia ini.
Semakin benar-benar mereka menerima pesan pasif yng dikenakan pada mereka,
semakin mereka cenderung hanya untuk beradaptasi dengan dunia seperti apa
adanya dan keterampilan mereka terfragmentasi pada realitas yang disimpan di
dalamnya.
Dikatomi
penindas dan yang ditindas, serta bagaimana bergerak di luar itu. Realitas
secara konkret menunjukkan adanya penindasan dan orang yang tertindas. Tidak
ada yang membebaskan orang lain dan tidak ada juga yang membebaskan iri mereka
sendirian. Orang-orang membebaskan diri dalam persekutuan dengan satu sama
lain. Penindas menggunakan antidialogistis dalam berbagai cara untuk
mempertahankan status quo. Dia
mengalahkan yang tertindas dengan dialog yang selalu sepihak, megubah proses
komunikasi menjadi tindakan necrophilia.
Beberapa penindas bahkan menggunakan instrument ideologis lain untuk mencapai
penaklukan mereka, sehingga mereka akan melakukan penaklukan total.
Karakteristik
lain antidialogistas adalah cara menggunakan ielogi untuk memanipulasi orang
agar sesuai dengan tujuan-tujuan yang mengusulkan. Kadang-kadang manipulasi
terjadi dengan cara mengajak orang bekerja dengan merugikan bagi yang
tertindas. Karakteristik lebih kanjut antidialogitas adalah invansi budaya,
dimana yang tertindas adalah obyek. Mereka hanyalah obyek, sedangkan penindas
adalah actok dan penulis dari proses tersebut. Ini merupakan taktik subliminal
yang digunakan untuk mendominasi dan mengarah ke ketidakotentikan individu.
Setiap
tatanan pindidikan yang buruk dan berlangsung lama, pasti menemukan perlawanan.
Sistem dan gaya pendidikan yang menindas tidak mungkin berlangsung sepanjang
sejarah. Janji-janji kea rah perbaikan menuju pendidikan yang membentuk manusia
seutuhnya memang selalu mewarnai perjalanan sejarah. Namun demikian, pendidik
humanis revolusioner tidak bisa menunggu terlalu lama untuk kemungkinan ini
terwujud. Sejak awal, upaya tersebut harus sudah disadari bersama dengan siswa
agar mereka terlibat dalam pemikiran kritis dan pencarian bagi humanisasi
bersama. Guru dan siswa sama-sama berada pada koridor humanisasi. Usahanya
harus dijiwai dengan kepercayaan yang mendalam dari masyarakat dan daya kreatif
mereka. Untuk mencapai hal ini, guru harus menjadi mitra bagi siswa dalam
hubungan antarsesama mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar